7 Sekolah Tutup Karena COVID-19, IDAI Minta PTM Dievaluasi

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) SD di Tangerang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Sherly (Tangerang)

VIVA – Sebanyak tujuh sekolah di ibu kota, ditutup oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, karena terindikasi ada penularan COVID-19. Terkait hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) langsung mengambil tindakan. 

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Ketua Umum IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), mengatakan pada Kamis 13 Januari 2022 kemarin, lima organisasi profesi yang terdiri dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif (PERDATIN) serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengirimkan surat pada empat Kementerian. 

"Kami berlima berkirim surat ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri. Jadi, empat Kementerian kita kirimin surat secara resmi, perihalnya evaluasi proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM)," ujarnya saat jumpa pers virtual yang digelar IDAI, Jumat 14 Januari 2022.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Dokumentasi: Wali Kota Bogor Bima Arya menginspeksi pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di beberapa sekolah kota itu, salah satu SMP Bintang Pelajar Islamic Boarding School (BPIBS).

Photo :
  • VIVA/Muhammad AR

"Jadi intinya adalah bahwa setelah digelar PTM 100 persen, khususnya untuk kelompok usia kurang dari 11 tahun, pertimbangannya adalah, pertama kepatuhan anak usia 11 tahun ke bawah terhadap prokes masih belum 100 persen. Kemudian belum tersedia atau belum lengkapnya vaksinasi anak-anak usia kurang dari 11 tahun," lanjut dia. 

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Lalu, pertimbangan ketiga menurut Piprim adalah adanya laporan dari beberapa negara bahwa proporsi anak yang dirawat akibat infeksi COVID-19 varian Omicron lebih banyak dibanding varian-varian sebelumnya.

"Jadi varian Omicron ini membuat anak-anak di beberapa negara dilaporkan banyak yang dirawat. Kemudian, telah dilaporkan transmisi lokal varian Omicron di Indonesia. Lalu, anak potensial mengalami komplikasi berat, yaitu Mis-C (Multisystem Inflammatory Syndrome In Children) yang terkait dengan COVID-19 dan komplikasi long COVID-19 sebagaimana orang dewasa," paparnya. 

"Jadi, walaupun proporsinya sedikit. Kan kita suka ngomong 'kan anak mah ringan'. Iya betul ringan, tapi ada sebagian yang bisa mengalami Mis-C dan long COVID-19. Ini kalau udah ketemu pasiennya kasian banget. Saya di Kardiologi Anak, anak-anak dengan Mis-C jantungnya kontraksinya sangat lemah, bisa gagal jantung," ungkap dia. 

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, lima organisasi profesi mengusulkan hal-hal berikut:

1. Anak-anak dan keluarga tetap diperbolehkan untuk memilih Pembelajaran Tatap Muka (PTM) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

"Jadi masih ada opsi pilihan berdasarkan kondisi dan profil risiko masing-masing keluarga. Kita tahu bahwa tidak semua orangtua itu menyetujui anaknya ikut PTM. Tetap ada khawatir khususnya anak-anak yang ada komorbid atau anak yang belum vaksin," kata Piprim. 

2. Anak-anak yang memiliki komorbid diimbau untuk memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter yang menangani. 

3. Anak-anak yang sudah melengkapi imunisasi COVID-19 dan cakap dalam melaksanakan prokes, dapat ikut PTM. 

4. Mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah, seyogyanya dilakukan secara transparan untuk memberikan keamanan pada publik. 

"Jadi ini surat dari lima organisasi profesi tertanda masing-masing ketua umum dari perhimpunan profesi. Kita merespons secara formal, mudah-mudahan bisa ditanggapi oleh Kementerian terkait," tutup Dr. Piprim Basarah Yanuarso.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya