Ahli: Vitamin D Sangat Penting Dalam Mencegah COVID-19

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Vitamin D telah direkomendasikan oleh banyak ahli sebagai perawatan pencegahan untuk infeksi COVID-19. Vitamin D diproduksi di dalam tubuh saat kulit terkena sinar matahari. Tinggal di dalam ruangan menghambat tingkat vitamin D dalam tubuh. Selama lonjakan COVID-19, ketika semua orang disarankan untuk tinggal di dalam rumah, sangat penting untuk memeriksa kadar vitamin D dalam tubuh.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Meskipun tidak ada bukti langsung tentang efek vitamin D dalam pengobatan COVID-19, karena perannya dalam mengendalikan peradangan, vitamin D dianggap sebagai pengobatan pencegahan oleh para ahli. Infeksi COVID-19 menyebabkan miokarditis, trombosis mikrovaskular, dan/atau badai sitokin yang semuanya melibatkan peradangan.

Peran utama vitamin D adalah untuk meningkatkan kekebalan dan meredakan peradangan dan ini mungkin menjadi alasan kita disarankan untuk meningkatkan asupan vitamin D untuk mencegah COVID-19. Rendahnya tingkat vitamin D sendiri telah dikaitkan dengan peningkatan sitokin inflamasi.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Selama pandemi COVID-19, banyak orang yang lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah. Meskipun di satu sisi merupakan berkah karena penyebaran virus corona di masyarakat dapat dikendalikan sampai batas tertentu, namun di sisi lain dapat memicu penurunan kadar vitamin D dalam tubuh.

Ilustrasi vitamin/obat.

Photo :
  • Freepik/freepik
PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Pendapat kami adalah jika vitamin D memang mengurangi keparahan COVID-19 terkait dengan pneumonia/ARDS, peradangan, sitokin inflamasi dan trombosis, maka suplemen akan menawarkan pilihan yang relatif mudah untuk mengurangi dampak pandemi," kata sekelompok peneliti di University of Minnesota, Minneapolis, Amerika Serikat, dikutip dari laman Times of India, Minggu, 16 Januari 2022.

Menurut para peneliti, kadar vitamin D yang rendah telah dikaitkan dengan peningkatan sitokin inflamasi dan peningkatan risiko pneumonia dan infeksi saluran pernapasan atas, yang disebabkan oleh virus secara signifikan.

“Kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan episode trombotik, yang sering diamati pada COVID-19. Kekurangan D telah ditemukan lebih sering terjadi pada pasien dengan obesitas dan diabetes. Kondisi ini dilaporkan membawa kematian yang lebih tinggi pada COVID-19, " tambah para peneliti.

Dalam studi yang dilakukan Harvard School of Public Health tentang flu musiman dan pandemi yang disebabkan oleh virus H1N1 pada tahun 2009, diamati bahwa suplementasi vitamin D menurunkan kemungkinan mengembangkan infeksi saluran pernapasan akut sebesar 12 hingga 75 persen.

Ilustrasi vitamin/obat.

Photo :
  • Freepik/freepik

“Efek menguntungkan dari suplemen terlihat pada pasien di segala usia, dan individu dengan penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya. Di antara mereka yang terinfeksi, gejala flu muncul lebih sedikit dan pemulihan lebih awal jika mereka menerima dosis vitamin D lebih besar dari 1000 IU,” demikian tertulis dalam laporan studi.

Manfaatnya juga relatif lebih besar pada individu dengan kekurangan vitamin D, daripada mereka yang memiliki kadar vitamin D yang cukup.

Anda harus menerima saran ahli mengenai suplemen vitamin D. Terlepas dari ini, Anda harus mengekspos kulit ke sinar matahari selama beberapa menit setiap harinya. Tak hanya itu, tambahkan makanan yang kaya vitamin D dalam menu makanan sehari-hari mereka.

Ikan berlemak seperti salmon, minyak ikan cod, jamur, susu sapi, susu kedelai dan telur kaya akan vitamin D. Biasanya terlihat bahwa orang yang lebih tua selalu kekurangan zat gizi mikro. Suplementasi adalah kebutuhan bagi orang-orang yang termasuk dalam kelompok usia ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya