BPOM Resmikan 6 Amunisi Booster Vaksin COVID-19, Ini Rinciannya

Vaksin Covid-19 hasil produksi Pfizer dan BioNTech. Sumber: Reuters (2021)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Badan POM telah meresmikan 6 (enam) dengan jenis booster homolog dan heterolog pada Vaksin COVID-19. Secara bertahap, Badan POM melakukan proses evaluasi penggunaan booster vaksin sesuai dengan pengajuan dan ketersediaan data uji klinik yang mendukung pengajuan booster tersebut.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

“Badan POM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan untuk 2 (dua) regimen booster heterolog pada vaksin COVID-19 yaitu vaksin Pfizer dosis setengah untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca. Serta vaksin AstraZeneca dosis setengah untuk vaksin primer Sinovac, atau dosis penuh untuk vaksin primer Pfizer (full booster dose)," ujar Kepala Badan POM, Penny K. Lukito dalam keterangan persnya.

Keenam vaksin booster tersebut antara lain:

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

1. Vaksin Sinovac dosis penuh/full dose sebagai booster homolog

2. Vaksin Pfizer full dose sebagai booster homolog, 

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

3. Vaksin AstraZeneca full dose sebagai booster homolog, 

4. Vaksin Moderna sebagai booster homolog dosis setengah/half dose, 

5. Vaksin Moderna heterolog dengan half dose sebagai booster heterolog dosis setengah/half dose untuk vaksin AstraZeneca, Pfizer, atau Janssen

6. Vaksin Zifivax full dose sebagai booster heterolog untuk vaksin primer Sinovac dan Sinopharm

Antibodi meningkat

Pada vaksin Pfizer sebagai booster heterolog (dosis setengah/half dose) untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi yang tinggi pada 6-9 bulan (31-38 kali) setelah pemberian dosis primer lengkap.

Di sisi lain, peningkatan antibodi setelah 6 bulan vaksinasi primer lengkap vaksin Sinovac menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (105,7 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.

“Secara umum pemberian dosis booster vaksin Pfizer dengan vaksin primer Sinovac dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik,”  ujarnya.

Untuk vaksin Pfizer sebagai booster dengan vaksin primer AstraZeneca, hasil imunogenisitas menunjukkan pada pemberian booster vaksin Pfizer dosis setengah/half dose setelah enam bulan vaksinasi primer lengkap dengan vaksin Astra Zeneca menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (21,8 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.

Terakhir, vaksin AstraZeneca sebagai booster heterolog dosis setengah/half dose dengan vaksin primer Sinovac menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (35 – 38 kali), baik pada interval booster 3-6 bulan (34-35 kali) maupun 6-9 bulan (35 – 41 kali). Kenaikan IgG pada dosis setengah/half dose tidak berbeda jauh dengan full dose.

Untuk booster dengan Vaksin Primer Pfizer (dosis penuh/full dose), hasil imunogenisitas menunjukkan peningkatan antibodi IgG yang baik (dari 3350 menjadi 13.242).

Pada kesempatan yang sama, Badan POM juga memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai vaksin yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk program vaksinasi booster. Penetapan vaksin yang digunakan program tersebut telah merujuk vaksin COVID-19 yang telah disetujui oleh Badan POM untuk penggunaan booster.

Memakai masker

Photo :
  • The Indian Express

"Penggunaan jenis vaksin di lapangan, dapat menyesuaikan berdasarkan pertimbangan ketersediaan, sepanjang masuk dalam persetujuan penggunaan yang telah diterbitkan oleh Badan POM,” tutur Penny K. Lukito.

Persetujuan Badan POM untuk penambahan posologi dosis booster dilakukan sesuai hasil uji klinis yang dapat diterima. Hal ini juga didukung oleh para tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin COVID-19 dan ITAGI serta asosiasi klinisi terkait.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya