Terungkap! COVID-19 Lebih Banyak Menginfeksi Pria, Ini Alasannya

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Virus corona atau COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, baik tua atau muda. Namun, sebuah penelitian membuktikan, pria lebih tua memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami sakit parah dan meninggal dibanding wanita pada usia yang sama. Mengapa?

Posisi Penis Saat Pakai Celana, Harusnya Menghadap ke Atas atau ke Bawah?

Studi pertama yang melihat respons imun berdasarkan jenis kelamin telah menemukan jawabannya. Di mana pria menghasilkan respons imun yang lebih lemah terhadap virus dibanding wanita, demikian para peneliti menyimpulkan.

Temuan yang dipublikasikan di Nature, menunjukkan pria, terutama yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu lebih bergantung pada vaksin untuk melindungi diri dari infeksi COVID-19.

Penjual Kopi Temukan Jasad Wanita Tanpa Kepala di Tangerang

Ilustrasi pria.

Photo :
  • Pixabay/StockSnap

"Infeksi alami jelas gagal untuk memicu respons kekebalan yang memadai pada pria," kata Akiko Iwasaki, Ahli Imunologi di Universitas Yale yang memimpin penelitian tersebut, dilansir Indian Express, Kamis 20 Januari 2022.

Viral Seorang Wanita Terapkan Hidup Hemat Ekstrem: Bisa Menabung Rp1,1 Miliar

Wanita memiliki respons kekebalan yang lebih cepat dan kuat, mungkin karena tubuh mereka dirancang untuk melawan patogen yang berpotensi mengancam bayi yang belum atau yang baru lahir.

Namun seiring waktu, sistem kekebalan yang tinggi juga bisa berbahaya. Sebagian besar penyakit autoimun yang ditandai dengan respons imun yang terlalu kuat, jauh lebih umum diderita wanita dibanding pria.

Ilustrasi seorang pria sedang sakit

Photo :
  • U-Report

"Kami melihat dua sisi mata uang yang sama," kata Dr. Marcus Altfeld, Ahli Imunologi di Heinrich Pette Institute dan di University Medical Center Hamburg-Eppendorf di Jerman.

Altfeld menambahkan, temuan ini menggarisbawahi perlunya perusahaan vaksin mengurai data berdasarkan jenis kelamin, sehingga dapat menentukan seberapa banyak dosis yang harus diberikan.

Tim Iwasaki menganalisis respons imun pada 17 pria dan 22 wanita yang dirawat di rumah sakit setelah mereka terinfeksi virus corona. Para peneliti mengumpulkan darah, usap nasofaring, air liur, urine dan tinja dari pasien setiap 3-7 hari. 

Para peneliti juga menganalisis data dari 59 pria dan wanita tambahan yang tidak memenuhi kriteria tersebut. Secara keseluruhan, para ilmuwan menemukan, tubuh wanita memproduksi lebih banyak sel T, yang dapat membunuh sel yang terinfeksi virus dan menghentikan penyebaran infeksi.

Sedangkan pria, menunjukkan aktivasi sel T yang jauh lebih lemah, dan kelambatan itu terkait dengan seberapa sakit pria tersebut. Semakin tua pria, semakin lemah respons sel T mereka.

"Ketika mereka menua, mereka kehilangan kemampuan untuk merangsang sel-T. Jika Anda melihat orang-orang yang benar-benar gagal membuat sel-T, merekalah yang memperburuk penyakit. Tapi, wanita yang lebih tua, bahkan sangat tua, seperti 90 tahun, mereka masih membuat respons imun yang cukup baik," imbuh Iwasaki. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya