Muncul Varian COVID-19 BA.2, Seberapa Parah?

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Para ilmuwan terus mencermati sub-varian COVID-19 Omicron yang baru ditemukan untuk menentukan bagaimana kemunculannya dapat memengaruhi penyebaran pandemi di masa depan. Varian awal Omicron telah menjadi jenis virus yang dominan dalam beberapa bulan terakhir tetapi otoritas kesehatan Inggris telah mengidentifikasi ratusan kasus dari versi terbaru, dijuluki varian BA.2.

Elon Musk Batalkan Kunjungan ke India, Ini Alasannya

Data internasional menunjukkan bahwa sub varian itu dapat menyebar relatif cepat. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengidentifikasi lebih dari 400 kasus di Inggris dalam sepuluh hari pertama bulan ini. Di Indonesia pun, varian Omicron memicu penambahan kasus hingga dua ribu per harinya, serta dua kematian pertama akibat Omicron.

Para pakar mengindikasikan varian terbaru telah terdeteksi di sekitar 40 negara lain, terhitung sebagian besar kasus terbaru di beberapa negara termasuk India, Denmark dan Swedia. Terbaru, UKHSA mengindikasikan bahwa mereka telah menetapkan sub-garis keturunan BA.2 sebagai varian yang sedang diselidiki (VUI). Bagaimana di Indonesia?

Honda Bakal Jor-joran Produksi Motor Listrik Tahun Ini

"Jadi khusus tentang varian yang mulai juga dibahas akhir-akhir ini, kita belum mempunyai kebijakan lebih lanjut. Tapi secara umum varian tersebut belum masuk ke variant of concern (VOC)," tutur Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, dalam acara virtual, Senin 24 Januari 2022.

Dijelaskan Erlina, pakar belum mengidentifikasinya sebagai varian yang harus diwaspadai. Untuk itu, Erlina belum melihat adanya permasalahan lebih lanjut terkait sub varian ini.

Presdir P&G: Konsumen Adalah Bos

"Mungkin tidak terlalu jadi permasalahan. Itu baru lerubahan genetik. Tapi belum jadi VOC. Belum ada kebijakan khusus untuk itu," kata Erlina lagi.

Virus corona

Photo :
  • Times of India

Sub varian BA.2 meluas

Senada, para pakar di Inggris menggarisbawahi bahwa masih ada ketidakpastian seputar signifikansi perubahan genom virus, yang memerlukan pengawasan. Meski begitu, kasus dalam beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan tajam dalam insiden BA.2 terutama di India dan Denmark.

"Yang mengejutkan kami adalah kecepatan sub-varian ini, yang telah banyak beredar di Asia, telah menguasai Denmark," kata ahli epidemiologi Prancis Antoine Flahault kepada AFP, dikutip dari laman MedicalXpress.

Para ilmuwan harus mengevaluasi bagaimana virus, yang telah menimbulkan krisis kesehatan global terburuk dalam satu abad, terus berevolusi dan bermutasi. Inkarnasi terbarunya tidak memiliki mutasi spesifik yang digunakan untuk melacak dan membandingkan BA.1 dengan Delta, strain yang sebelumnya dominan.

Sub varian BA.2 belum ditetapkan sebagai varian kekhawatiran. Tetapi Flahault mengatakan negara-negara harus waspada terhadap perkembangan terbaru saat para ilmuwan meningkatkan pengawasan.

"(Prancis) memperkirakan lonjakan kontaminasi pada pertengahan Januari: Itu tidak terjadi dan mungkin itu karena sub-varian ini, yang tampaknya sangat menular tetapi tidak lebih ganas daripada BA.1,"  dia mengamati.

"Yang menarik bagi kami adalah jika (sub-varian) ini memiliki karakteristik yang berbeda dari BA.1 dalam hal penularan dan tingkat keparahan," kata badan kesehatan masyarakat Prancis, Jumat.

Hingga saat ini, hanya segelintir kasus BA.2 yang muncul di Prancis—tetapi negara tersebut memantau perkembangan saat kasus tersebut menyebar ke seluruh Selat.

Memakai masker

Photo :
  • Times of India

Seberapa parah?

Flahault, direktur Institut Kesehatan Global Universitas Jenewa, mengatakan semboyannya bukanlah panik tetapi "kewaspadaan" karena untuk saat ini peneliti memiliki kesan (kasus BA.2) tingkat keparahannya sebanding dengan varian klasik kasus Omicron.

“Pengamatan yang sangat awal dari India dan Denmark menunjukkan tidak ada perbedaan dramatis dalam tingkat keparahan dibandingkan dengan BA.1,” cuit Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College, London.

Peacock menambahkan kemungkinan ada perbedaan minimal dalam efektivitas vaksin terhadap BA.1 dan BA.2. Ia juga berkata bajwa tidak yakin BA.2 akan berdampak besar pada gelombang pandemi Omicron saat ini.

"Beberapa negara berada di dekat, atau bahkan melewati puncak gelombang BA.1. Saya akan sangat terkejut jika BA.2 menyebabkan gelombang kedua pada titik ini. Bahkan dengan transmisibilitas yang sedikit lebih tinggi, ini sama sekali bukan perubahan Delta-Omicron dan sebaliknya. kemungkinan akan lebih lambat dan lebih halus," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya