Muncul Lagi Varian BA.2 'Son of Omicron', Jangan Panik Dulu Ya!

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Sub varian Omicron, BA.2 atau yang mendapat julukan son of Omicron, sudah terdeteksi di seluruh Eropa dan Asia dalam beberapa hari terakhir. Kasus dari varian ini juga ditemukan dalam jumlah kecil di Amerika Serikat (AS).

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Para ahli mengatakan, terlalu dini untuk berspekulasi mengenai jenis risiko yang ditimbulkan BA.2, dibandingkan dengan jenis Omicron yang lebih dominan, BA.1.

Pekan lalu, sub-varian BA.2 diklasifikasikan sebagai variant under investigation atau varian yang sedang diselidiki oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA). 

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Sementara angka kasus yang dirilis oleh Denmark menunjukkan, BA.2 bertanggung jawab atas hampir setengah dari semua kasus yang dilaporkan di sana.

Profesor virologi medis di University of Manchester, Pam Vallely, mengatakan, dia belum menemukan bukti bahwa BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada BA.1. Dia menambahkan, butuh waktu beberapa minggu untuk menganalisis lebih banyak data. Valley juga mengatakan, tampaknya BA.2 dan BA.1 berevolusi dari nenek moyang yang sama.

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

"Secara pribadi saya lebih peduli dengan varian baru dibanding yang ini (BA.2). Tetapi seperti yang saya katakan, kami membutuhkan lebih banyak data," ujarnya dilansir Newsweek, Kamis 27 Januari 2022.

Satu perbedaan potensial yang mungkin dimiliki BA.2 dibanding BA.1 adalah, tingkat pertumbuhan yang meningkat seperti yang dicatat oleh HSA Inggris dan beberapa ahli virologi.

COVID-19 varian Omicron

Photo :
  • The Straits Times

Ahli virus di Imperial College London, Tom Peacock, turut mengungkapkan analisanya mengenai varian BA.2 di Twitter. 

"BA.2 mungkin beberapa derajat lebih menular daripada BA.1," kata dia.

Sementara menurut Vallely, setiap varian yang terbukti lebih menular, akan menyebabkan lebih banyak kasus. Oleh karena itu, kemungkinan pasien rawat inap juga menjadi lebih banyak.

"Tetapi kami tidak dapat menyimpulkan sesuatu yang berarti dari data terbatas yang tersedia untuk varian ini sejauh ini," kata Vallely.

Banyak ahli mencatat, bukan hal yang aneh jika virus berevolusi dari waktu ke waktu. Tidak terkecuali dengan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya