Kolom Prof Tjandra

De-eskalasi Varian Alfa di Eropa & Usul Program COVID-19 ASEAN

Prof Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

VIVA – Varian Alfa (B.1.1.7) COVID-19 yang bermula dilaporkan dari Inggris pernah jadi varian dominan di dunia dan menimbulkan peningkatan gelombang kasus pada akhir 2020 dan awal 2021. Sampai saat ini varian Alfa masih digolongkan sebagai Variant of Concern(VOC)  oleh WHO, bersama varian beta, gamma, delta dan sekarang tentu omicron.
 
Di sisi lain, dilihat pada laporan mingguan mereka 17 Februari 2022, maka “European Centre for Disease Prevention and Control (E-CDC)”  membuat klasifikasi baru dan melakukan de-eskalasi varian Alfa. Suatu varian dapat “diturunkan klasifikasi”nya karena tiga alasan. Pertama tidak lagi bersirkulasi, ke dua sudah bersirkulasi cukup lama tapi tidak punya dampak pada situasi epidemiologi secara keseluruhan dan ke tiga bukti ilmiah menunjukkan bahwa varian itu tidak lagi berhubungan dengan aspek klinik tertentu.

Piramida Sepakbola Inggris dalam Bahaya

Prof Tjandra Yoga Aditama.

Photo :
  • Istimewa

Honda Luncurkan Motor Naked Sports Terbaru
 
Pemain Jagoan Inggris Persenjatai Diri Rumahnya dengan Perlengkapan 'Kelas Militer' Selama EURO 2024
E-CDC melakukan de-eskalasi varian alfa dan sehingga tidak lagi masuk sebagai VOC, Variant of Interest (VOI) atau Variant  under Monitoring (VUM) di Eropa karena dua hal konkrit. Pertama sirkulasinya jauh menurun di Eropa seudah adanya varian Delta, dan ke dua hanya punya bukti ilmiah amat terbatas tentang dampaknya pada imunitas yang ditimbulkan oleh vaksin.
 
Memang Uni Eropa dan juga beberapa negara (seperti Amerika Serikat, Inggris dll.) membuat daftar VOC, VOI dan VUM sendiri, sesuai keadaan di negara/kawasan mereka.

Mungkin akan baik juga kalau Indonesia melakukan hal yang sama, atau setidaknya Indonesia dapat memelopori untuk membahas dan menetapkan VOC, VOI dan VUM khusus untuk kawasan ASEAN, sehingga sesuai dengan masalah yang kita hadapi di tempat kita serta penangananya lebih terarah. Juga hal ini akan menunjukkan kepemimpinan diplomasi kesehatan Indonesia di kawasan regional dan internasional. Tentu bukan hanya tentang klasifikasi, tetapi akan baik kalau ASEAN juga ada program bersama yang antara lain ditandai dengan  semacam "ASEAN weekly epidemiological report on COVID-19" misalnya, yang dapat dipelopori oleh Indonesia.
 
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Mantan DirJen Pengendalian Penyakit dan Mantan KaBaLitBang Kementerian Kesehatan

Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara pada Sidang Majelis Umum PBB di New York.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Keistimewaan berupa hak veto yang dimiliki oleh lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB ini memiliki dampak besar dalam keputusan penting di tingkat internasional.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024