Crazy Rich Viral, Benarkah Ada Gangguan Kesehatan Mental?

Doni Salmanan dengan Ducati Superleggera
Sumber :
  • Screenshoot Youtube

VIVA – Memamerkan harta seperti mobil mewah dan rumah megah dengan harga fantastis, sepertinya sudah menjadi tren saat ini sehingga menimbulkan fenomena Crazy Rich di masyarakat. Lantas, benarkah fenomena pamer harta ini cenderung diakibatkan adanya gangguan kesehatan mental?

Atasi Gangguan Mental Sebelum Berujung Depresi, Ini Solusi Menjaga Kesehatan Jiwa

Jawabannya, ada kemungkinan seperti itu. Menurut Psikolog anak dan keluarga sekaligus Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani Budiantini, bahwa untuk menentukan adanya gangguan kesehatan mental memang butuh assesment atau pemeriksaan menyeluruh. Akan tetapi, ada motif kesehatan mental yang tersirat terkait pamer harta itu.

"(Gangguan mental) tidak bisa serta merta diagnosa dengan cepat tanpa pemeriksaan dulu. Namun, kalau dilihat, seseorang kalau memiliki motif tersendiri untuk tampilkan suatu perilaku. Ketika dia pamer harta, bisa saja ingin dihargai, ingin diakui, ingin manipulasi keadaan," kata Sani kepada VIVA, Selasa 15 Maret 2022.

Gerhana Matahari Total Bakal Hadir di Indonesia, Cek Jadwalnya

Grace Tahir sentil Indra Kenz lewat video parodi

Photo :
  • YouTube Grace Tahir

Sani juga tak menepis kemungkinan fenomena Crazy Rich ini lantaran seseorang punya keinginan terselubung. Tak heran, banyak sosok Crazy Rich yang sebenarnya bukan pemilik harta tersebut alias hanya pinjaman dan terkesan ceritanya dibuat-buat.

Mengejutkan! Banyak Calon Dokter Spesialis Alami Depresi, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

"Mereka makeup story untuk dapat pengakuan dari masyarakat. Jadi sebenernya saat ini apa yang ditampilkan bisa saja bukan yang sebenarnya," imbuhnya.

Sementara itu, untuk sosok Crazy Rich yang juga tengah jadi pembicaraan hangat lantaran menipu dengan binary option berkedok trading, dijelaskan Sani, bisa juga memiliki motif menipu sejak awal. Dengan memamerkan harta, sehingga dapat membangun imej seorang yang kaya raya padahal harta tersebut bukan miliknya.

"Dia melakukan perilaku flexing, memamerkan harta untuk tujuan manipulasi orang, memanfaatkan orang sehingga orang terbangun dream-nya untuk jadi cepat kaya atau seperti yang dilihat. Dengan begitu orang yang lihat akan melakukan apa yang disarankan. Misal tadi ikut forex, mainkan dana digital. Ini ada tujuan untuk bangun imej yang sebenarnya tujuannya untuk nipu masyarakat," bebernya.

Sani berpendapat, fenomena Crazy Rich ini memang tak bisa diabaikan. Maka dari itu, Sani menegaskan agar masyarakat lebih jeli dan tak tergiur dengan penawaran 'kaya instan'.

"Jadi kalau menurut saya, (fenomena ini) intensitas dari suatu perilaku yang bisa menunjukkan bagaimana mereka (memiliki tujuan tertentu). Di sini juga perlunya kecerdasan netizen melihat itu sebagai sesuatu yang perlu dibangun pola pikir kritis. Sehingga tidak menelan bulat-bulat apa yang dilihat, apa yang ada, yang tampil, tanpa berpikir," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya