Staf Gedung Putih Sebut Varian Omicron BA.2 Meluas, Seberapa Parah?

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA – Belum reda kasus COVID-19 akibat Omicron, kini dunia dibuat khawatir oleh 'saudarinya' yakni sub varian BA.2. Pakar menyebut bahwa sub varian tersebut dinilai lebih menular sehingga akan membuat lonjakan kasus drastis.

Berbicara pada konferensi pers, Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengatakan subvarian diperkirakan mencapai sekitar 30 persen dari semua kasus baru di AS dan juga merupakan varian paling dominan di negara India.

Menyoroti penularan varian, Fauci mengatakan BA.2 sekitar 60 persen lebih menular daripada Omicron, meski tampaknya tidak lebih parah.

"Itu memang memiliki kemampuan transmisi yang meningkat," kata Fauci dikutip dari laman The Health Site.

Haruskah Kita Khawatir?

Subvarian Omicron BA.2 adalah versi mutasi lain dari varian BA.1 yang beredar sejauh ini, namun, subvarian baru ini sekarang menjadi strain dominan di AS, dengan jumlah kasus maksimum. Tetapi, berbicara tentang tingkat keparahan varian, Fauci menyebut itu masih dalam pemantauan. 

"Ketika Anda melihat kasusnya, mereka tidak tampak lebih parah dan mereka tampaknya tidak menghindari respon imun baik dari vaksin atau infeksi sebelumnya," ujarnya.

Ilustrasi pandemi COVID-19.

Photo :
  • The Japan Times

Berbicara tentang kemanjuran vaksin dalam memberikan perlindungan terhadap varian virus, Fauci mengatakan bahwa vaksin dan suntikan booster tetap menjadi cara terbaik untuk mencegah penyakit serius akibat virus.

Subvarian Omicron BA.2 Menyebar Dengan Cepat

Varian tersebut telah menyebabkan lonjakan kasus di China dan sebagian Eropa. Ahli Bedah AS asal India, Vivek Murthy menyatakan keprihatinan atas kurangnya dana untuk memerangi pandemi virus corona. Terlebih, ia memprediksi akan ada peningkatan kasus dalam waktu dekat.

"Ketika kita melihat apa yang terjadi di seluruh dunia dan selama dua tahun terakhir, kita menyadari bahwa ketika kasus meningkat di satu bagian dunia, itu sering menyebabkan peningkatan di bagian lain dunia. Dan kita harus siap bahwa, Anda tahu, COVID-19 belum hilang," ungkap Vivek Murthy.

"Mungkin ada kenaikan dan penurunan kasus dalam beberapa bulan ke depan. Tapi inilah kuncinya, tujuan kami adalah menjauhkan orang dari rumah sakit, ini untuk menyelamatkan hidup mereka, dan kami memiliki lebih banyak alat untuk melakukan itu daripada sebelumnya,” lanjutnya.

“Jadi, fokus kita harus pada persiapan, bukan kepanikan Dan jika kita mendapatkan alat, vaksin, booster, perawatan ini kepada orang-orang, maka kita benar-benar dapat melewati gelombang yang mungkin datang dan pergi," jelas Vivek Murthy.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melaporkan lebih dari 31.200 kasus baru COVID-19 pada hari Sabtu, termasuk 958 kematian.

Ada pun gejala paling umum untuk varian Omicron COVID-19 yang sangat bermutasi adalah demam, pusing, sesak napas, sakit kepala, batuk kering, hilangnya penciuman dan rasa. Maka, penting untuk mencegahnya, termasuk dengan vaksinasi.

Subvarian COVID-19 EG.5 Terdeteksi di Indonesia, Seperti Apa Gejala Khasnya?
Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Ketua Satgas COVID-19 PB IDI Sebut Subvarian EG.5 Sudah Terdeteksi Sejak Juli Lalu

Namun angka kasus subvarian COVID-19 EG.5 ini mengalami penurunan di Agustus dan kembali muncul di bulan November 2023 ini.

img_title
VIVA.co.id
6 Desember 2023