Kolom Prof Tjandra: "Tiga X" dalam Omicron

Prof Tjandra Yoga Aditama.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Kita tentu bersyukur bahwa kasus COVID-19 melandai di negara kita, dan juga di banyak negara di dunia. Di sisi lain, dalam beberapa waktu belakangan ini banyak diberitakan tentang berbagai rekombinasi sub varian dari Omicron serta yang gabungannya dengan varian Delta, yang secara umum dapat juga disebut dalam bentuk “tiga X”.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Yang pertama dan ke dua adalah XD dan XF, yang merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1. Sampai akhir Maret 2022 ada sekitar 49 kasus XD di dunia, sebagian besar di Perancis. Sementara itu, dilaporkan sedikitnya ada 38 kasus XF di Inggris.

Yang sekarang lebih banyak dibicarakan adalah “X” yang ke tiga, yaitu XE, yang merupakan gabungan dari varian Omicron BA.1 dan BA.2. Di Inggris subvariant XE ini pertama kali di deteksi pada pertengahan Januari 2022 dan sampai 22 Maret 2022 sudah dideteksi 763 sampel XE di Inggris, selain juga di Tiongkok dan beberapa hari yang lalu di Thailand.

Prof Tjandra: Ramai Kasus Depresi di Kalangan PPDS, Ini 5 Rekomendasi Tindak Lanjut Perlu Dilakukan

Ilustrasi sampel pasien COVID-19 varian Omicron.

Photo :
  • Times of India

Karena jumlah kasus masih sedikit maka belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak ke “tiga X” ini, hanya yang XE memang diperkirakan 10 persen lebih mudah menular. Para pakar dunia masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak “tiga X” ini pada berat ringannya penyakit, atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat dan juga vaksin.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa memang mutasi, varian baru dan rekombinasi dapat saja terjadi pada virus pada umumnya, dan juga pada SARS CoV2 penyebab COVID-19. Rekombinasi memang dapat saja terjadi, “not an unusual occurrence,” khususnya bila di populasi ada berbagai varian yang beredar. Tetapi, adanya mutasi, varian baru dan atau rekombinasi belum tentu punya dampak pada manusia, sebagian besar malah tidak ada dampaknya dan akan hilang, disebut sebagai “most die off relatively quickly”. Jadi kalau ada berita varian atau rekombinasi baru maka kita tidak perlu panik, ikuti saja perkembangan ilmu yang ada dan berita dari sumber yang benar. Di sisi lain, perlu juga diketahui bahwa virus korona secara umum juga dapat saja melakukan rekombinasi dengan virus lain, misalnya virus influenza dan rotavirus. Tetapi, sekali lagi, kalau nanti ini terjadi maka belum tentu punya dampak berarti bagi kesehatan manusia, mungkin hanya fenomena di virus.
 
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

 

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024