Atasi Stres - Depresi, Yuk Ikut Tes Kesehatan Mental Kemenkes

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Kesehatan mental kerap diabaikan meski menjadi permasalahan yang tanpa henti di tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional. Terlebih di masa pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan jiwa akan semakin berat untuk diselesaikan.

Detik-detik Mengerikan ODGJ Bacok Tetangganya Pakai Parang di Koja

Tak dipungkiri, dampak dari pandemi COVID-19 ini tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan jiwa dari jutaan orang, baik yang terpapar langsung oleh virus maupun yang tidak.

Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, saat ini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran COVID-19. Tapi di sisi lain perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian telah menyebar.

Izin Menginap di Kantor Polisi, Pria Tuban Ini Ternyata Baru Membunuh Istrinya

“Hal-hal tersebut tentu berdampak terhadap terjadinya peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat,” katanya dalam keterangan pers beberapa waktu lalu.

Ilustrasi wanita/marah/stres.

Photo :
  • Freepik/wayhomestudio
Kronologi 3 Anggota Keluarga Tercebur ke Sumur, 1 Meninggal Dunia

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Gangguan mental yang diabaikan ini bisa berakibat fatal.

Faktanya, berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri per tahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri, serta 47,7 persen korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Dr.Celestinus Eigya Munthe, menjelaskan masalah kesehatan jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa. Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20 persen populasi di Indonesia, mempunyai potensi masalah gangguan jiwa.

“Ini masalah yang sangat tinggi karena 20 persen dari 250 juta jiwa secara keseluruhan, potensial mengalami masalah kesehatan jiwa,” katanya.

Ilustrasi wanita stres.

Photo :
  • U-Report

Ditambah lagi sampai saat ini belum semua provinsi mempunyai rumah sakit jiwa sehingga tidak semua orang dengan masalah gangguan jiwa mendapatkan pengobatan yang seharusnya. Permasalahan lain, lanjut Celestinus, adalah terbatasnya sarana prasarana dan tingginya beban akibat masalah gangguan jiwa.

“Masalah sumber daya manusia profesional untuk tenaga kesehatan jiwa juga masih sangat kurang, karena sampai hari ini jumlah psikiater sebagai tenaga profesional untuk pelayanan kesehatan jiwa kita hanya mempunyai 1.053 orang,” ucapnya.

Artinya, satu psikiater melayani sekitar 250 ribu penduduk. Menurutnya, ini suatu beban yang sangat besar dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan jiwa di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Kesehatan membuka program menjaga kesehatan mental melalui dua aplikasi.

Kemenkes mengembangkan aplikasi SehatPedia yang bisa diakses dengan smartphone oleh masyarakat Indonesia tanpa batasan jarak dan waktu. Aplikasi SehatPedia adalah salah satu inovasi Kementerian Kesehatan dalam rangka membangun kesehatan yang lebih baik dengan program-program kesehatan yang menuju digitalisasi. Konsultasi dan informasi kesehatan ada dalam genggaman. 

Ilustrasi membuka aplikasi di gadget atau gawai.

Photo :
  • IBM

Dikutip dari keterangan pers, dalam Sehatpedia tersedia berbagai fitur yang menyajikan informasi-informasi seputar kesehatan meliputi, fitur Live Chat, yang dapat memberikan konsultasi interaktif bersama dokter rumah sakit yang akan membantu masyarakat atas keluhan kesehatan, konsultasi medis maupun tips kesehatan. 

Aplikasi kedua adalah Sehat Jiwa. Ini adalah sebuah aplikasi gratis dari Kemenkes untuk memberikan informasi mengenai kesehatan jiwa dan solusi yang mudah dan cepat dalam melaporkan atau mengecek apabila terdapat pasien kesehatan jiwa di sekitar masyarakat.

Di aplikasi ini terdapat fitur deteksi dini gangguan jiwa. Hal ini terlihat dari beberapa pertanyaan, seperti apakah Anda sering sakit kepala, apakah Anda tidak nafsu makan, apakah selama 30 hari terakhir Anda sulit tidur. Lalu setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu ada hasil dan rekomendasinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya