Yuk Silaturahmi Sehat, Pahami Risiko Kesehatan saat Lebaran

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA – Pelonggaran pembatasan mendorong masyarakat melakukan mobilitas dengan lebih intens. Bahkan pada masa Lebaran 1443 H ini, sebanyak 85,5 juta orang melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Silaturahmi dan halal bi halal saat momen lebaran yang sebentar lagi tiba pun, akan sulit terhindarkan. Apalagi masyarakat telah dua tahun tak bertemu dan ingin melepas rindu bersama keluarga. Namun, masyarakat masih perlu waspada dan hati-hati, karena di sekitar kita masih ada kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi dan merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melindungi mereka.

Ketua tim Pokja Penyakit infeksi Emerging RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, dr. Pompini Agustina S, Sp.P(K) mengatakan bahwa pada masa minggu depan ini ketemu dengan keluarga, orang yang kita tuakan, orang (kategori) kelompok rentan. Mungkin kalau menilai diri kita sendiri yang hanya merasakan gejala ringan, tapi belum tentu pada orang kelompok rentan atau anak-anak yang belum vaksin. 

Arus Mudik di Aceh Diprediksi Meningkat 9 Persen pada 2024

"Kelompok rentan yang memiliki penyakit komorbid atau penyakit kronis yang sudah dimiliki, dan penyakit itu tidak terkontrol bisa dibayangkan jika sudah vaksin 1 dan 2 maka akan tetap ada potensi sakit dan harus dirawat," tuturnya dikutip dari keterangan persnya.

Per 26 April 2022 data kasus aktif sebanyak 9.739 kasus. Dari data tersebut sebanyak 1.880 orang masih dirawat di rumah sakit, dan sekitar 7.000 orang berada rumah melakukan isolasi mandiri. Dalam kondisi seperti ini jika tidak melakukan protokol Kesehatan dengan ketat, artinya ada 7.000 orang yang masih dalam kondisi terinfeksi, dan bisa saja merupakan orang tanpa gejala.

Mudik Pakai Mobil Listrik, Perhatikan Suhu Cuaca dan Ban

Pompini juga mengingatkan, bahwa saat ini masih dalam kondisi pandemi, dan peluang virus untuk bermutasi dan mengalami perubahan akan selalu terjadi. Jika seseorang terinfeksi, maka virus ini akan masuk ke dalam tubuh, dan menginfeksi. 

Maka, kesempatan virus ini adalah mengalami mutasi atau perubahan, karena SARS-Cov-2 ini adalah virus RNA yang mudah sekali mengalami perubahan. Jadi protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan tindakan preventif agar tidak ada tempat atau orang yang menjadi sumber virus untuk berkembang biak. 

Kenali kondisi kesehatan keluarga

Ketua Program Studi Spesialis Kesehatan Keluarga Layanan Primer, FKUI/Kepala UPT Klinik Satelit UI Makara, Dr. dr. Dhanasari Vidiawati, MSc.CM-FM,Sp.KKLP, menambahkan, pentingnya mengenali kondisi kesehatan diri dan keluarga, sebagai langkah optimal untuk melindungi diri dari paparan COVID-19, saat aktivitas mudik dan lebaran.

 “Sehingga saran saya setiap orang tua sebelum mudik, harus menilai sendiri dulu, keluarga sendiri siapa saja anggota keluarganya," kata dia.

Pertama, apakah anggota keluarganya ada lansia. Lalu, apakah di keluarganya ada orang-orang rentan, mempunyai komorbid atau penyakit kronis yang telah disebutkan tadi. Serta, apakah keluarganya ada anak-anak yang kemudian sampai sekarang belum ada vaksinnya untuk anak-anak di bawah 6 tahun. 

"Nah kemudian kita akan menilai, apakah yang kelompok rentan dianggota keluarga kita biarkan berisiko untuk terkena infeksi pada saat di perjalanan," ungkap dr. Dhanasari Vidiawati dalam diskusi virtual Satuan Tugas Penanganan Covid-19 itu.

Menurut Dhanasari, kondisi kesehatan saat aktivitas mudik dan lebaran juga harus diperhatikan, utamanya saat ini masyarakat masih menjalankan ibadah puasa. Ketika akan melakukan perjalanan, masyarakat dihimbau memastikan tubuh dalam kondisi yang benar-benar sehat, serta memperhatikan asupan makanan dan mengkonsumsi air putih yang cukup. 

Bagi masyarakat yang memiliki riwayat penyakit seperti, hipertensi, diabetes dan penyakit kronis lainnya, diharapkan tetap mengkonsumsi obat dan tetap berperilaku sehat. Sehingga, mempersiapkan keperluan perjalanan dengan sebaik mungkin, dan menggunakan perlindungan berlapis, juga perlu menjadi perhatian, terutama jika bepergian menggunakan moda transportasi umum.

“Oleh karena itu, kita mengikuti anjuran WHO terkait menggunakan masker double, masker medis di dalam, masker kain di luar. Jadi jangan dilepas. Bagaimana caranya perjalanan panjang tidak bisa melepas masker padahal kita kan mau minum, pada saat berbuka dan sebagainya? Kita bawa minum pakai sedotan, jadi meminimalisasi membuka masker, kita harus memakai masker, menjauhi orang-orang lain sekitar 1,5 meter," kata Dhanasari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya