Miris Perokok Anak Meningkat, Picu Penyakit Jantung Hingga Stroke

Ilustrasi rokok.
Sumber :
  • Pixabay/Ralf Kunze

VIVA – Merokok sudah terbukti memberi dampak berbahaya bagi tubuh, termasuk pada penyakit tidak menular (PTM). Mirisnya, kini perokok kian bertambah pada kelompok anak yang membuat generasi muda diintai penyakit di usia dini.

Lagi Liburan, Vokalis RHCP Anthony Kiedis Sebat Bareng Warga Kepulauan Mentawai

Berdasarkan data dari Tobacco Atlas, prevalensi konsumsi rokok penduduk di atas 15 tahun di Tanah Air mencapai 66 persen dan prevalensi perokok pada kelompok umur 10-14 tahun, sebesar 3,5 persen.

Ketua Bidang Edukasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas PT, Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH, mengatakan bahwa konsumsi rokok di Indonesia memang tercatat sangat tinggi.

Bea Cukai Ajak Masyarakat Berantas Rokok Ilegal di Jember dan Banyuwangi

"Konsumsi rokok di Indonesia sangat tinggi. Sebanyak 7 dari 10 laki-laki merokok. Persoalannya, perokok anak-anak terus bertambah," tutur Rita dalam acara virtual bersama Aliansi PTM, Rabu 18 Mei 2022.

Ilustrasi usia merokok minimal 18 tahun ke atas.

Photo :
Viral Terekam Seorang Wanita Diam-diam dan Santai Merokok di Dalam Pesawat

Diakui Rita, mencegah penyakit tidak menular, tidak ada cara lain selain dengan menghindari faktor risikonya. Sebab, bahaya PTM kian mengintai akibat rokok mulai dari penyakit jantung hingga stroke.

"Ada kesinambungan perilaku merokok. Dampak rokok pasti kesakitan dan kematian. Rokok juga faktor risiko hipertensi. Ujungnya penyakit mematikan misal serangan jantung, stroke. Ini panjang ceritanya dari rokok ke hipertensi," kata dia. 

Bicara soal jantung, Sekretaris Umum Aliansi PTM, dr. Ade Meidian Ambari, menuturkan bahwa pembentukan plak di pembuluh darah menjadi penyebab utama timbulnya gangguan di tubuh. Namun, penumpukan plak tersebut terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga kerap tak menimbulkan gejala di usia muda.

"Bicara soal jantung, pembentukan plak dari usia sangat muda bisa terjadi dan terjadi terus-menerus. Maka akhirnya jadi penyakit jantung koroner dan berakhir pada serangan jantung," imbuh dokter spesialis jantung ini.

Ilustrasi serangan jantung/stroke.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Apabila serangan jantung terjadi, dokter Ade mengingatkan bahaya stroke dapat mengintai. Ketika seseorang mengalami stroke, otomatis segala kegiatan dan aktivitasnya akan terhambat, termasuk bekerja untuk menopang ekonomi.

"Stroke berpengaruh pada ekonomi. Bagaimana kepala keluarga kena stroke dan serangan jantung. 80 persen PTM bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup. Merokok, diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi, kalau diatasi maka kejadian PTM bisa dicegah," jelasnya.

Menurut Ade, upaya pencegahan tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan saja, dan harus ada kebijakan komprehensif yang mengatur. Aliansi Penyakit Tidak Menular mendukung pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang lebih tegas dan jelas dalam mengendalikan faktor risiko PTM.

"Indonesia punya peran penting memberikan contoh baik dalam pengendalian penyakit di kancah global. Peran ini dapat dimulai dengan kebijakan pengendalian faktor risiko PTM seperti menerapkan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) dan segera menyelesaikan revisi PP 109/ 2012 dalam pengendalian produk zat adiktif tembakau," kata dokter Ade.

"Kebijakan ini adalah bentuk komitmen dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan publik. Aliansi PTM Indonesia siap mendukung pengendalian faktor risiko PTM untuk pembangunan kesehatan Indonesia yang lebih baik," sambungnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya