Sering Merokok dan Minum Manis, Awas Diintai Hipertensi

Ilustrasi minuman manis.
Sumber :
  • Pixabay/Pexels

VIVA – Setidaknya dalam satu dekade terakhir penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian terbesar penduduk dunia menggantikan penyakit infeksi. Tingginya prevalensi penyakit tidak menular juga turut membebani ekonomi negara-negara dan menghambat pembangunan.

Undangan Halal Bi Halal Numpuk, Penderita Diabetes Perhatikan Makanan yang Harus Dihindari Ini

Karena sifatnya yang kronis atau menahun dan tidak memberikan dampak kesehatan seketika, umumnya masyarakat tidak sadar bahwa perilaku mereka berisiko pada penyakit tidak menular (PTM). Misalnya, konsumsi rokok yang terbukti memicu dampak buruk bagi tubuh serta konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi.

"Rokok adalah problem besar di indonesia. Lalu untuk garam, Indonesia cenderung makanannya asin, natrium tinggi. Itu berpengaruh. Dulu ada kasus gondokan maka dikasihkan natrium banyak tapi sekarang jadi berlebihan," tutur Sekretaris Umum Aliansi PTM sekaligus dokter spesialis jantung, Ade Meidian Ambari, dalam acara virtual, Rabu 18 Mei 2022.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Selain itu, sekitar 52,7 persen penduduk Indonesia mengonsumsi natrium >2000 mg/hari atau melebihi batas yang dianjurkan. Rata-rata asupan natrium penduduk Indonesia mencapai 2.764 mg/orang/hari. Sebanyak 73 persen natrium yang dikonsumsi berasal dari makanan yang dimasak di rumah dan 23 persen dari makanan yang dibeli di luar rumah. Karena itu, tidak mengherankan apabila Riskesdas 2018 menunjukkan, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia 34,11 persen atau naik dari sebelumnya 25,8 persen tahun 2013. Kondisi ini pada akhirnya dapat memicu komplikasi kesehatan yang lebih buruk.

Ilustrasi garam

Photo :
  • Pixabay
5 Penyakit yang Sering Mengintai Usai Lebaran, Jangan Terlena Makan Opor dan Kue Kering!

"Kita tahu 73 persen penyebab kematian dari Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM bagian dari 35 persen kadriovaskular, kanker, diabetes," tutur dokter Ade.

Konsumsi lemak sendiri juga sangat tinggi lantaran orang Indonesia sangat suka segala hal yang digoreng. Tak main-main, minyak tersebut biasanya digunakan sampai 'banjir' sehingga dapat menyerap begitu banyak di makanan. Serta, konsumsi gula yang tanpa sadar berasal dari minuman kemasan.

"Indonesia peringkat ketiga konsumsi minuman manis kemasan," jelas Dokter Ade.

Plt Manager Riset CISDI, Gita Kusnadi juga menuturkan bahwa banyak yang tak menyadari kandungan gula dalam minuman kemasan. Seperti dalam 390 ml soda rasa strawberri mengandung 9 sdt gula dan 500 ml minuman teh bersoda sama dengan 12 sdt gula. Perilaku ini berkontribusi pada penyakit tidak menular. 

"Kelompok usia 13-18 tahun menjadi kelompok tertinggi yang konsumsi sebanyak 4,7 ml/orang/hari," tutur Gita.

Untuk itu, Ketua Bidang Edukasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas PT, Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH menyampaikan, menghindari faktor risiko penyakit tidak menular perlu intervensi kebijakan pemerintah yang lebih tegas. Instrumen pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular melalui kebijakan berbasis bukti menjadi wujud hadirnya negara untuk menjamin hak kesehatan warganya.

"Untuk mencegah penyakit tidak menular, tidak ada cara lain selain dengan menghindari faktor risikonya. Upaya ini tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan saja, harus ada kebijakan yang secara komprehensif yang mengatur," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya