Kasus COVID-19 RI Naik, Gara-gara Omicron BA.4 dan BA.5?

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.
Sumber :
  • pexels/Edward Jenner

VIVA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi penemuan empat kasus varian baru COVID-19 yakni Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali. Seiring kabar tersebut, kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir nampak mengalami peningkatan. Benarkah saling berkaitan?

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Juru bicara Kementerian Kesehatan (Jubir Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan bahwa satu kasus terpapar BA.4 dan tiga sisanya terkonfirmasi BA.5. Kasus BA.4 merupakan warga negara Indonesia (WNI), sementara kasus BA.5 warga negara asing (WNA) yang melakukan delegasi di Bali.

"Ada empat kasus yang subvarian baru yaitu BA.4 dan BA.5. Ada satu yang BA.4 dan tiga orang itu BA.5," kata Syahril, dalam konferensi pers virtual Kemenkes, Jumat 10 Juni 2022.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Sejalan dengan itu, kenaikan kasus terdeteksi sejak beberapa hari lalu. Pada 9 Juni 2022, tercatat ada kenaikan sebesar 556 kasus harian. Sementara hari ini, 10 Juni 2022, tercatat ada kenaikan 627 kasus harian. Lantas, benarkah kenaikan kasus akibat penemuan subvarian baru tersebut?

"Kenaikannya belum bisa dikaitkan dengan adanya BA.4 dan BA.5. Namun kondisi masih terkendali. Walau kasus saat ini ada peningkatan tapi positvity rate masih relatif rendah yaitu 1,15 persen. Sementara standar WHO di bawah itu," jelasnya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Menurut Syahril, kenaikan kasus harian COVID-19 di Indonesia masih rendah dibanding negara lainnya. Kenaikan kasus sendiri sempat terlihat setiap usai Idul Fitri dan Idul Adha 2021 lalu. Sama halnya dengan Idul Fitri tahun 2022 yang juga mengalami peningkatan kasus namun masih terkendali.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

"Tapi kita masih di angka standar, positivity rate masih rendah 1,15 persen walau kasus ada 556 (pada 9 Juni 2022). Kita masih dalam keadaan terkontrol kalau dilihat dari positivity rate," ungkapnya.

Syahril mengimbau agar masyarakat tidak panik dan menyamakan pemahaman bahwa tidak ada kaitan antara kenaikan kasus dengan penemuan subvarian baru COVID-19 ini. Meski begitu, Syahril menganjurkan agar proses vaksinasi tetap dikejar, terutama untuk 1 dan 2, di mana secara keseluruhan cakupan di Indonesia baru 62 persen.

"PR kita 8 peralsen penuhi target vaksinasi lengkap standard WHO. Ini jadi tugas bersama. Karena vaksinasi ini merupakan upaya kita untuk berikan kekebalan atau imunitas pada seseorang dan komunitas sehingga setiap orang yang dapat vaksin akan punya kekebalan untuk terhindar tergular dari COVID-19," pesannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya