Kasus COVID-19 Kembali Melonjak, Satgas Beberkan Sebabnya

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Virus corona atau COVID-19 terus bermutasi hingga memunculkan berbagai varian baru yang meresahkan dunia, seperti BA.4 dan BA.5. Di Indonesia, varian baru ini menjadi penyebab terjadi lonjakan kasus COVID-19 pada pekan ini.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Kasubbid Dukungan Kesehatan Satgas COVID-19 Nasional, Alexander Ginting, mengungkapkan, lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi disebabkan oleh munculnya varian baru omicron BA.4 dan BA.5.

"Jadi memang benar bahwa setiap ada perubahaan varian, itu menyebabkan terjadi kenaikan kasus," ujar Alex dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia, dikutip VIVA, Jumat 17 Juni 2022. 

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Namun lonjakan kasus yang terjadi, Alex meyakini, selain disebabkan oleh munculnya varian baru juga karena faktor lainnya seperti longgarnya penerapan protokol kesehatan di masyarakat.

Warga pakai masker karena polusi udara meningkat. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy
Cerita Anne Avantie Bangkrut, Temukan Kebahagiaan di Tempat Tak Terduga

"Tapi kenaikan kasus ini juga dibarengi oleh faktor-faktor lain. Salah satunya faktor adalah terjadinya pelonggaran protokol kesehatan di masyarakat, individu, keluarga ataupun komunitas," katanya.

Faktor kedua, jelas Alex, seiring dengan semangat perbaikan dan pemulihan ekonomi nasional yang menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas. Mobilitas ini, Alex mengakui, tertuang dalam surat edaran Satgas COVID-19 tentang Protokol Kesehatan bagi Pelaku Perjalanan Dalam Negeri No.18 dan Surat Edaran No.19 tentang Protokol Kesehatan bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri.

"Jadi ini juga memengaruhi terjadinya mobilitas yang tinggi. Artinya banyak orang Indonesia ke luar dan banyak orang luar masuk Indonesia," ungkapnya.

Faktor lainnya, jelas Alex, adalah pelonggaran peraturan yang tidak mewajibkan pelaku perjalanan melakukan tes PCR dan lain-lain. Hal ini seiring dengan vaksinasi yang memadai. Sehingga pelonggaran persyaratan dialihkan ke persyaratan vaksinasi.

Tes COVID-19

Photo :
  • Times of India

Alex menyampaikan, pandemi COVID-19 belum berakhir dan corona virus ini akan terus bermutasi dan menular. Untuk itu, pemerintah akan melanjutkan penerapan strategi pengendalian COVID-19 berlapis yang selama ini diterapkan.

"Sekarang kita masuk dalam penerapan prokes di tingkat desa dan kelurahan yang disebut skala mikro. Ini yang tidak boleh kemah. Sebab ini bagian dari sistem ketahanan negara," bebernya.

Alex menyebut, varian baru omicron BA. 4 dan BA.5 ini, muncul dengan karakter unik yakni mampu menghindari antibodi sistem kekebalan tubuh atau yang disebut escape immunity.

"Memang jelas bahwa varian BA.4 dan BA.5 ini dilaporkan juga memiliki kemampuan penurunan kemampuan terhadap Antibodi monoklonal jadi dia memiliki kemampuan escape," terangnya.

Ilustrasi sampel pasien COVID-19 varian Omicron.

Photo :
  • Times of India

Alex menambahkan, dua varian ini memiliki sifat yang mudah menular dari satu orang ke orang lainnya. Termasuk orang-orang yang sudah mendapat vaksinasi lengkap dan booster COVID-19. Meski demikian, dia menuturkan bahwa varian omicron BA.4 dan BA.5 tidak memiliki tingkat infeksi separah varian Delta atau Omicron.

“Sehingga dengan adanya subvarian BA.4 dan BA.5 ini hanya menimbulkan gejala ringan, tidak sama dengan waktu Delta," jelasnya.

Lebih lanjut, menurutnya selama tingkat vaksinasi rendah (timpang) maka COVID-19 semakin bermutasi atau berkembang.

"Kita lihat di Afrika ini (varian B.1.1.529 atau Omicron) setelah Omicron masuk ke berbagai negara, dia juga ikut berkembang bermutasi terus berlangsung, khususnya di negara yang vaksinasinya timpang. Afrika Selatan sebagai contoh salah satu negara yang akses vaksinasinya tidak merata dan terus berkembang," pungkas Alex.

Ilustrasi vaksin COVID-19 untuk lansia.

Photo :
  • Istimewa

Bagi orang dengan komorbid (penyakit penyerta) dan belum divaksinasi COVID-19, varian ini bisa menimbulkan kesakitan parah. Maka dari itu, masyarakat diimbau melakukan upaya proteksi diri, salah satunya dengan vaksinasi lengkap dan booster COVID-19. 

"Bertujuan, jika suatu saat terinfeksi, maka hanya mengalami gejala ringan alias menurunkan risiko kesakitan parah hingga rawat inap," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya