Apakah Sub Varian BA.4 dan BA.5 Menaikkan Kasus COVID?

COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Beberapa waktu belakangan ini, subvarian BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian BA.4 dan BA.5 ini disebut-sebut menjadi salah satu penyebab kasus infeksi di Indonesia kembali naik. 

Lantas mengapa demikian? Terkait dengan subvarian BA.4 dan BA.5 spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik-infeksi, dr Robert Sinto SpPD - KPTI angkat bicara. 

"Ada perubahan yang membuat varian itu menjadi 100 persen vaksin yang kita terima yang buat varian ini jadi naik, dan menyumbangkan angka peningkatan COVID-19," kata dia dalam program Hidup Sehat TVOne, Senin 20 Juni 2022.

Virus corona atau COVID-19

Photo :
  • Times of India

Lebih lanjut, diungkap Robert Sinto penularan subvarian BA.4 dan BA.5 ini lebih masif dibandingkan dengan subvarian lainnya. 

"Banyak ahli menyebut perubahan tempat duduknya menempel di bagian tubuh manusia membuat varian menjadi lebih mudah menular," kata dia. 

Meski begitu, perbedaan ini secara akhir belum tentu bisa dinilai sebagai peningkatan kasus. Sebab saat ini dunia sudah berada dalam masa vaksinasi.

"Karena kita sudah berada di era vaksinasi jadi head to head dengan lalu, ini akan mudah menular, apakah memberikan dampak ke masyarakat kita liat dulu karena saat ini sudah ada vaksin berbeda dengan delta dan alfa," ujar dia.

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Kondisi Debitur Terdampak COVID-19 Kembali Normal

Obat untuk COVID-19

Photo :
  • Times of India

Diungkap Robert Sinto juga, meski adanya laporan kenaikan kasus akibat subvarian ini, namun subvarian ini hingga saat ini belum menunjukkan tingkat fatalitas yang tinggi.

BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Kebijakan Restrukturisasi Kredit Terdampak COVID-19

"Walau kasusnya meningkat tetapi derajat beratnya memang belum seberuk yang lalu. Angka kematian masih berkisar di angka sama tidak ada lonjakan angka kematian, ampak berubah beda cerita karena beda masa belum ada vaksin. Output akhirnya angka kematian belum tinggi," ujar dia. 

Robert Sinto juga menjelaskan, masa transisi endemi itu bukan berarti tidak ada virus.

Program Restrukturisasi Kredit Terdampak COVID-19 Berakhir, OJK Ungkap Alasan Tak Diperpanjang

"Itu salah kaprah endemi sama dengan covid tidak ada. Endemi itu stabil jumlah penambahan dengan keadaan lapangan sembuh itu akan stabil terus sehingga tidak terjadi lonjakan. Bagian transisi termasuk di dalamnya perilaku kita di masa endemi salah satunya menjaga kesehatan kita," ujar dia.

Dia juga menghimbau masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup sehat. Serta melaksanakan program vaksin booster, hal ini lantaran booster dapat mengurangi derajat berat penyakit.

"Kekebalan pada virus itu tidak 100 persen termasuk vaksinasi. Vaksinasi terhadap varian baru tidak akan timbulkan kekebalan yang sama atau tinggi sub varian sebelumnya, tapi kita bisa mengurangi derajat berat penyakit. Kemungkinan infeksi tinggi, tapi derajat berat menurun," ujar Robert Sinto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya