Viral Wanita Autoimun Pasca Suntik Putih, Apa Efek Jangka Panjangnya?

Ilustrasi pengidap autoimun.
Sumber :
  • Health Europa

VIVA Lifestyle – Memiliki kulit putih menjadi impian bagi setiap wanita. Maka tidak heran jika wanita melakukan sejumlah perawatan salah satu jenis perawatan yang belakangan ini ramai di kalangan masyarakat adalah suntik putih.

Berawal Saling Sindir, Richard Lee dan Kartika Putri Memanas Lagi

Ingin mendapatkan hasil yang diimpikan, namun sayangnya seorang wanita mengaku menyesal karena sering melakukan suntik putih selama 2,5 tahun. Ia mengeluhkan bahwa ia didiagnosa dengan penyakit Autoimun.

"Nyesel banget pernah infus putih jangka panjang" tulis wanita itu dalam videonya. Ia menjelaskan bahwa ia sudah melakukan infus putih sejak tahun 2016 hingga 2018.

Sembuh dari Penyakit Kulit, Kartika Putri Balas Netizen yang Sebut Dirinya Kena Azab

Ia menjelaskan bahwa ia melakukan infus di klinik kecantikan dengan harga Rp700 ribu untuk sekali suntik, selama dua minggu sekali.

Ia merasakan gejala seperti rambut yang rontok, sesak nafas, sering nyeri tenggorokan, mudah kelelahan dan ruam ruam pada kulit.

Dihujat saat Sakit Kulit, Kartika Putri Singgung Soal Adab dan Akhlak Netizen Muslim

Lantas apa efek jangka panjang dari suntik putih bagi tubuh? Terkait hal itu, spesialis kulit dan kelamin, dr. Arini Astasari, SpKK angkat bicara.

Diungkapnya, ada beberapa bahan yang digunakan untuk dapat memutihkan kulit. Salah satunya adalah Glutathione.

Dijelaskan oleh Arini, Glutathione, thiol-tripeptide kecil yang larut dalam air dengan berat molekul rendah, terbuat dari tiga asam amino yakni glutamat, sistein, dan glisin.

Fungsi biologisnya berfungsi sebagai antioksidan kuat dalam tubuh manusia.

Glutathione dapat mempengaruhi pigmentasi kulit dengan menghambat aktivitas tirosinase selama melanogenesis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dijelaskannya, berdasarkan penilaian kritis berbasis bukti dari tiga percobaan, peran glutathione sistemik tidak cukup efektif sebagai agen pemutih kulit karena hanya efektif di beberapa area.

Selanjutnya, warna kulit akan kembali ke keadaan semula setelah penghentian konsumsi glutathione karenanya, efek jangka panjangnya tidak berkelanjutan.

Penelitian lainnya, setelah melakukan 12 suntikan glutathione, 6 dari 16 (37,5%) subjek menunjukkan peningkatan yang signifikan, sedangkan 3 (18,7%) subjek membaik dengan plasebo (p = 0,054).

Ilustrasi penyakit Autoimun

Photo :
  • U-Report

Setelah menghentikan pengobatan, perbaikan ini secara bertahap hilang dan pada enam bulan tindak lanjut pasca pengobatan hanya satu pasien yang mempertahankan perbaikan ini. 

Efek samping parah yang memerlukan penghentian pengobatan adalah tes fungsi hati yang buruk (n = 8) dan anafilaksis pasien.

Diungkapkan oleh Arini, efek samping glutathione yang dilaporkan termasuk erupsi kulit yang merugikan termasuk sindrom Stevens-Johnson (SJS).

Untuk diketahui, Sindrom Stevens-Johnson merupakan suatu kelainan yang langka dan serius yang terjadi pada kulit dan membran mukosa, yang meliputi lapisan bola mata, dalam mulut, dan alat kelamin.

Sindrom ini biasanya terjadi sebagai reaksi alergi terhadap obat-obatan yang dikonsumsi atau infeksi.

Sindrom Stevens-Johnson seringkali diawali dengan gejala seperti flu, yang kemudian diikuti dengan ruam merah atau keunguan yang terasa menyakitkan dan dapat melebar serta melepuh.

Selanjutnya, bagian kulit atau membran mukosa yang terkena sindrom ini akan mengelupas, dan pada akhirnya sembuh.

"Efek samping glutathione yang dilaporkan termasuk erupsi kulit yang merugikan termasuk sindrom Stevens-Johnson (SJS) yang berpotensi fatal dan nekrolisis epidermal toksik (TEN), sakit perut yang parah, disfungsi tiroid, disfungsi ginjal, dan komplikasi mematikan seperti emboli udara, atau sepsis yang berpotensi fatal karena metode pemberian IV yang tidak benar/tidak steril dan penggunaan GSH palsu," kata dia kepada VIVA.

Arini mengungkapkan, saat ini begitu banyak klinik kecantikan yang tersebar dan masyarakat dapat dengan mudah mengakses serta mendapatkan perawatan yang diinginkan.

Namun, Arini juga menghimbau kepada masyarakat untuk memastikan keamanan dari bahan yang disuntikkan ke tubuh mereka.

"Sebagai masyarakat juga harus memastikan bahan apa yang disuntikan sebelum mendapatkan perawatan, terutama apakah bahan yang digunakan memiliki izin pemakaian, seperti dari FDA ataupun BPOM, dan begitu banyak pilihan obat yang memberikan klaim dapat memutihkan kulit, namun tidak dapat dipastikan bahan apa yang digunakan orang tersebut hingga berujung pada autoimun karena tidak tau bahan yang digunakan. Sehingga, sebelum melakukan perawatan kecantikan, pastikan produk yang digunakan aman dan terdaftar dalam BPOM," ungkap Arini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya