Ahli Sebut BPA AMDK Galon Masih dalam Batas Aman

Ilustrasi galon.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Isu tentang bahaya kesehatan mengonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) galon karena mengandung Bisfenol A (BPA) membuat masyarakat khawatir. Namun, dokter-dokter spesialis membantah isu-isu tersebut. 

Kementerian Kesehatan menyarankan agar masyarakat mengonsumsi air minum sekitar 8 gelas ukuran 230 mililiter per hari atau hampir setara dengan dua liter. Dan air minum dalam kemasan (AMDK) guna ulang dinilai menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum setiap hari. 

Namun, sempat muncul isu bahwa AMDK galon yang menggunakan bahan plastik jenis polikarbonat berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal tersebut karena BPA yang ada dalam kemasan galon itu disebutkan dapat bermigrasi ke dalam airnya jika terpapar panas matahari. 

Menanggapi hal itu, dokter spesialis obstetri dan ginekologi sekaligus Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jawa Barat, Dr. Muhammad Alamsyah Aziz, SpOG (K), KIC, M.Kes, mengatakan hingga saat ini belum ada laporan kasus gangguan kesehatan pada ibu hamil maupun kepada janin yang berkaitan dengan konsumsi AMDK guna ulang atau galon berbahan Polikarbonat.  Hal ini juga sejalan dengan penelitian pakar yang menyebutkan bahwa tingkat migrasi BPA dalam kemasan galon sangat kecil. 

Ilustrasi BPA.

Photo :
  • Pixabay.

“Jadi, sampai saat ini Bisfenol yang ditemukan di dalam air akibat migrasi dari kemasannya itu sangat rendah sekali. Masih dalam batas ambang aman, baik itu yang sudah dikeluarkan BPOM dan WHO. Baik itu data-data yang kita temukan,1000 kali lebih aman dibanding batas ambang. Jadi, jangan khawatir untuk mengonnsumsi air dari galon,” kata dia dalam sebuah tayangan baru-baru ini.

Di tayangan yang sama, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP juga mengatakan bahwa hingga saat ini bahan Bisfenol A yang terdapat dalam kemasan plastik polikarbonat tidak terbukti menyebabkan kanker. Untuk itu, dia meminta agar masyarakat tidak perlu panik dan takut untuk mengonsumsi AMDK galon. 

“Saya harap tidak perlu khawatir, karena BPA yang ada di air kemasan itu buktinya masih sangat lemah untuk bisa menyebabkan kanker. Jadi, masyarakat belum perlu khawatir atau tidak perlu khawatir saat ini,” jelasnya. 

Dia mengatakan isu ini hanya memunculkan kepanikan saja di masyarakat. 

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Freepik

"Yang ada katanya, dilakukan percobaan pada tikus, di mana tikusnya benar-benar diberi makan BPA. Tapi sebuah penelitian, awalnya itu juga tidak sampai begitu, memberikan langsung BPA ke hewan percobaan,” tukas dia. 

Malah, dia menyarankan salah satu kiat untuk mencegah kanker itu adalah dengan minum air putih yang cukup. Prof Aru juga meminta agar masyarakat  rajin menerapkan gaya hidup sehat seperti berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi.

Di tempat terpisah, Dosen Biokimia dari Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Syaefudin, PhD, mengungkapkan bahwa BPA yang tidak sengaja dikonsumsi para konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh. Karena, menurutnya, BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh itu akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urine. 

“Jadi sebenarnya, kalau BPA itu tidak sengaja dikonsumsi oleh kita tubuh kita. Misalkan dari air minum dalam kemasan yang mengandung BPA. Tapi, ketika dikonsumsi, yang paling berperan itu adalah hati. Ada proses glukorodinase di hati, di mana ada enzim yang mengubah BPA itu menjadi senyawa lain yang mudah dikeluarkan tubuh lewat urine,” ungkapnya. 

Ilustrasi galon.

Photo :
  • Pixabay

Selain itu, kata Syaefudin, sebenarnya BPA ini memiliki biological half life atau waktu paruh biologisnya. Artinya, ketika BPA itu misalnya satuannya 10, masuk dalam tubuh, dia selama 5-6 jam akan tersisa 5. 

"Nah, yang setengahnya lagi itu dikeluarkan dari tubuh. Artinya, yang berpotensi untuk menjadi toksik dalam tubuh itu sebenarnya sudah berkurang,” tuturnya. 

Dari sisi seorang biokimia, menurut Syaefudin, uji BPA setelah dikonsumsi itu sangat perlu dilakukan. 

"Makanya yang perlu dicek sekarang itu adalah kondisi kita itu seperti apa sih dengan regulasi yang ada sekarang. Sebenarnya paparan eksisting kita itu berapa setelah berada di dalam tubuh. Kalau sudah tahu paparannya ini  baru bisa jadi argumentasi yang logis untuk industri maupun masyarakat. Selama data ini tidak ada, BPOM tidak bisa lantas mengatakan bahwa BPA kemasan galon guna ulang itu berbahaya bagi kesehatan,” katanya.  

Ilustrasi Botol Minuman

Photo :
  • Pixabay/ Hans

“Jangan-jangan, half life yang 5-6 jam itu mampu sudah mereduksi BPA itu,” tambahnya. 

Jadi, dia menyarankan selain melakukan uji existing terhadap airnya, BPOM juga mengecek lagi kondisi riilnya berapa orang di seluruh Indonesia yang telah mengonsumsi air AMDK guna ulang itu, yang paparan BPA di dalam tubuhnya melebihi batas aman yang sudah ditetapkan sebesar 0,6 bpj. 

Kate Middleton Jalani Kemoterapi Preventif, Benarkah Bisa Bunuh Sel Kanker 100 Persen?

"Setelah itulah baru BPOM bisa membuat kesimpulan. Tapi sebelum itu dilakukan, ya tidak bisa disimpulkan BPA dalam galon guna ulang itu berbahaya,” ucapnya.

5 Cara Alami untuk Berhenti Merokok, Dukungan Sosial Jadi yang Terpenting
Ilustrasi Delima

Ternyata Buah Delima Punya Manfaat untuk Sembuhkan Kanker, Benarkah?

Buah delima, dengan warna merah menyala dan cita rasa yang khas, bukan hanya menggoda lidah kita tetapi juga menawarkan sejumlah manfaat kesehatan yang luar biasa.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024