Imunoterapi PD-1 Inhibitor, Pengobatan Baru Pasien Kanker Paru

Ilustrasi paru-paru/rontgen/x-ray.
Sumber :
  • Freepik/pressfoto

VIVA Lifestyle – Data GLOBOCAN 2020 menunjukkan, kanker paru menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan 30.843 kasus. Angka ini setara dengan 84 orang meninggal setiap hari karena kanker paru, dengan 95 kasus baru terdiagnosa setiap harinya.

Ternyata Buah Delima Punya Manfaat untuk Sembuhkan Kanker, Benarkah?

Data yang sama juga menemukan, 89 persen pasien kanker paru meninggal kurang dari 1 tahun setelah didiagnosis. Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal, ini berakibat sebanyak 80 persen pasien kanker paru datang ke tenaga kesehatan sudah stadium lanjut.

Sangat penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk perawatan inovatif terkini sebagai harapan baru bagi pengobatan kanker paru. Dengan memerhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat.

Ada Kabar Baik untuk Pasien Kanker Paru-paru

"Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi," kata Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, DR. dr. Andika Rachman, Sp.PD-HOM, dalam virtual conference Mengenal Imunoterapi Sebagai Harapan Baru Bagi Pasien Kanker Paru, Selasa 30 Agustus 2022.

Ilustrasi paru-paru.

Photo :
  • Freepik/kjpargeter
Kombinasi Pengobatan Kanker Paru dengan Imunoterapi Janjikan Harapan Hidup Lebih Tinggi

Gejala awal kanker paru dapat berupa batuk terus-menerus; nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, batuk, atau tertawa; suara serak atau sesak napas; penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan; batuk darah atau dahak yang berwarna karat; mudah lelah; infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia.  

Dalam pengobatan kanker paru, Dr. Andhika menjelaskan terdapat pertimbangan yang dianalisis dokter untuk memilih pengobatan kanker paru. Pertama, dari status keadaan pasien bagaimana fungsi organnya, apakah terdapat komorbiditas, kepatuhan dalam perawatan, harapan serta preferensi pasien.

Kedua, dilihat dari kondisi tumor seperti stadium kanker, jenis sel kanker, alat penguji lanjutan yaitu Biomarker prediktif seperti EGFR, PD-L1, dan ALK.  Ketiga, untuk memilih modalitas pengobatan hal-hal yang dipertimbangkan meliputi mekanisme kerja pengobatan, toksisitas yang diharapkan, terapi yang sebelumnya dijalankan pasien, dan juga ketersediaan pengobatan.

Dengan perkembangan sains pengobatan kanker paru di dunia medis, kemoterapi bukan lagi terapi yang tepat untuk semua pasien kanker paru. Saat ini, untuk beberapa mutasi kanker paru, seperti mutasi EGFR atau ALK, telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.  

Ilustrasi dokter/tenaga kesehatan.

Photo :
  • Freepik

Data dalam paparan Andhika menunjukan kanker paru bukan sel kecil pada stadium lanjut, jika diobati dengan kemoterapi standar dapat memiliki harapan hidup rata-rata hingga 8 bulan. Sedangkan, pasien kanker paru yang diagnosa dengan mutasi EGFR positif, jika diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan terapi target EGFR inhibitor dapat mempunyai harapan hidup secara keseluruhan mencapai 11,5 bulan.

Sementara itu, pasien yang telah didiagnosa dengan mutasi ALK positif jika mendapatkan pengobatan kombinasi kemoterapi standar dengan terapi target ALK inhibitor dapat memperpanjang angka kelangsungan hidup bebas progresi pasien.

Namun, perlu diketahui terapi target hanya dapat digunakan jika ditemukan mutasi tertentu. Sedangkan, Sebagian besar dari kasus kanker paru tidak memilki mutasi EGFR dan hanya dapat diobati dengan kemoterapi standar sebagai modalitas pengobatan. Pada tahun 2013, dunia medis telah menemukan terobosan terbaru dalam pengobatan kanker paru, yaitu Imunoterapi untuk kanker dan diberikan judul "Breakthrough of the Year" oleh majalah Science, sebuah majalah ilmiah terbesar di dunia.

Salah satu terapi sistemik imunoterapi yang tersedia di Indonesia adalah imunoterapi PD-1 inhibitor yang memberikan harapan baru bagi pasien kanker paru yang tidak memiliki mutasi EGFR, di mana Programmed Death-1 atau PD-1 merupakan salah satu protein yang bertindak sebagai “pos keamanan” untuk menjaga respons kekebalan tubuh agar tetap terkendali.

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Pixabay

PD-1 ini bekerja seperti pos keamanan yang dapat mengarahkan pasukan sistem imun (sel-T) untuk tidak membunuh sel kanker karena sel kanker telah menyamar sebagai sel sehat. Namun, dengan membubarkan pos keamanan PD-1, sel kanker tidak akan bisa menyamar dan sistem imun akan menerima arahan untuk menghancurkan sel kanker.

Dengan cara kerja di atas, Imunoterapi PD-1 inhibitor mengurangi risiko kematian hingga 38 persen jika dibandingkan dengan kemoterapi saja. Imunoterapi PD-1 Inhibitor memberikan harapan hidup jauh lebih lama bagi penyintas kanker paru, terutama jika memiliki ekspresi PD-L1 lebih dari 50 persen. 

"Sebelum pemberian immuno kita lakukan pemeriksaan PD-1 kalau hasilnya total performance score bisa tanpa kemoterapi kalau posisi skornya 1-49 dia butuh kombinasi dengan kemoterapi," ujar Andika.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya