Hipertensi Tak Bisa Disembuhkan, Fakta atau Mitos?

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/frolicsomepl

VIVA Lifestyle – Tekanan darah tinggi atau hipertensi tak dapat diobati namun bisa dikendalikan dengan menjaga pola hidup sehat, konsumsi makanan bergizi, serta aktif berolahraga. Kendati begitu, pengendalian hipertensi rupanya juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat anti-hipertensi yang kerap diabaikan banyak orang.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S menjelaskan bahwa seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. 

"Salah satu yang menjadi tantangan dalam penanganan hipertensi adalah pasiennya kadang tidak sadar kalau mereka mengidap hipertensi dan baru ketahuan saat tekanan darah sudah di angka yang sangat tinggi," tuturnya dalam webinar, Rabu, 31 Agustus 2022.

5 Penyakit yang Sering Mengintai Usai Lebaran, Jangan Terlena Makan Opor dan Kue Kering!

Terkait pengobatan hipertensi untuk mencegah stroke, selain pencegahan primer, pencegahan sekunder juga tidak kalah penting. Hipertensi sendiri tak dapat disembuhkan namun dapat dikendalikan dengan pola hidup sehat dan konsumsi obat.

Ilustrasi vitamin/obat.

Photo :
  • Freepik/freepik
Konsumsi Garam Berlebih Sebabkan 3 Penyakit Ini, Berujung pada Masalah Seksual

"Selain efektivitas dan keamanan obat, saat memilih obat juga perlu mempertimbangkan kestabilan dosis obat dalam darah yang dapat mempertahankan tekanan darah dalam 24 jam sehingga frekuensi pemberian obat bisa dikurangi," tuturnya.

Penelitian acak terkendali (Randomized Controlled Trial / RCT) menunjukkan bahwa pengobatan dengan obat anti-hipertensi dapat menurunkan risiko stroke hingga 32 persen. Termasuk obat dari golongan Calcium-channel blockers (CCB), Anti Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensinogen Receptor Blocker (ARB) dan beta blocker.

"Golongan CCB bekerja dengan mengurangi kekakuan dinding pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah arteri melebar. Golongan CCB adalah obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia karena efektivitas dan keamanannya," imbuhnya.

Salah satu obat golongan CCB adalah Nifedipine. Nifedipine konvensional mempunyai waktu paruh yang pendek sehingga harus diberikan 3 kali sehari. Namun, dengan adanya inovasi teknologi GITS (Gastro-Intestinal Therapeutic System), Nifedipine dapat diminum 1 kali sehari saja untuk menurunkan tekanan darah. 

Ilustrasi vitamin/obat.

Photo :
  • Freepik/topntp26

“Penelitian menunjukkan, pemberian Nifedipine GITS dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dibandingkan jenis CCB lainnya. Frekuensi pemberian obat hanya 1 kali akan meningkatkan ketaatan pasien terhadap pengobatan hipertensi sehingga target penurunan tekanan darah dapat dicapai,” tambahnya.

Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko stroke 10 persen pada orang dewasa. Hipertensi sendiri ditemukan pada 64-70 persen kasus stroke. Maka dari itu, mengendalikan hipertensi dapat mengurangi risiko stroke.

"Secara mekanisme, tekanan darah tinggi pada dasarnya menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel) dan mengganggu fungsi dari otot di dinding pembuluh darah nadi  atau arteri," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya