- Freepik/freepik
VIVA Lifestyle – Musim pancaroba membuat perubahan cuaca yang cukup drastis sehingga berdampak pada kondisi tubuh yang kurang fit untuk kemudian memicu gejala batuk. Tak dipungkiri, batuk yang terjadi ini dapat dialami oleh sebagian besar masyarakat dan kerap dianggap sepele.
Dokter spesialis paru, dr. Praseno Hadi, Ph.D, Sp.P, mengatakan bahwa musim pancaroba memang kerap terjadi masalah kesehatan berupa batuk. Ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sebelum hadirnya pandemi COVID-19. Menurutnya, cukup wajar bila batuk terjadi di musim seperti ini.
Yuk simak penjelasannya, scroll ke bawah!
"Sebelum pandemi pun sudah demikian. Saat musim itu lewat, batuknya mereda lagi. Istilahnya ada seasonal influenza. Ada musim batuk ini," ujarnya dalam acara Hidup Sehat, TvOne, Senin 26 September 2022.
Ilustrasi batuk.
- U-Report
Dokter Praseno tak menampik bahwa pertolongan pertama untuk mengobati batuk bisa didapat dari obat 'warung'. Akan tetapi, bila batuk sudah dirasa berkepanjangan, di mana satu botol obat sudah habis dan batuk tak kunjung reda, maka sudah seharusnya segera memeriksa ke dokter.
"Kalau ingin coba atasi sendiri beli obat batuk di apotek atau warung. Saran kami, datang ke dokter untuk tahu penyebabnya. Kalau gejala ringan, bisa diobati. Kalau nanti ada penyakit berat harus lenanganan lebih lanjut. Khawatir ada tumor paru, atau TBC. Karena banyak penyakit tidak ada keluhannya," bebernya.
Ilustrasi obat/vitamin.
- Freepik
Apalagi bila batuk sudah lebih dari 3 pekan dan tak kunjung reda, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Batuk sendiri sebenarnya adalah bentuk adaptasi yang dilakukan tubuh saat ada benda asing, sehingga dokter akan melihat penyebab dari batuk itu terjadi.
"Batuk itu suatu proses di tubuh dalam paru atau saluran napas yang merupakan sesuatu asing bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan dengan cara dibatukkan. Bentuknya tentu bermacam-macam. Intinya adaptasi tubuh untuk keluarkan sesuatu di tubuh," tandasnya.
