Kata Kemenkes Soal Gas Air Mata di Insiden Kanjuruhan

Polisi periksa senjata pelontar gas air mata
Sumber :
  • Antara Foto/Aditya Pradana Putra

VIVA Showbiz – Insiden sepakbola di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, masih menjadi isu yang disorot berbagai pihak lantaran membuat ratusan nyawa melayang.

Soal Flu Singapura, Menkes Singgung Virus Terus Berkembang

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun menuturkan kebijakan mengenai penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya. Yuk scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Eva Susanti mengatakan bahwa penggunaan gas air mata pada pertandingan sepakbola sebenarnya hanya dilakukan dalam kondisi darurat dan dengan pemakaian yang sedikit.

Kemenkeu, Kemenhub, Kemenkes, dan Bank Mandiri Berkolaborasi Pangkas Transaksi di Pelabuhan

Ilustrasi polisi saat menembaki gas air mata

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Dengan gas air mata yang secukupnya, maka diharapkan tak membahayakan namun sekedar melerai.

Lebih dari 5 Ribu Kasus Flu Singapura Dilaporkan di Indonesia

"Kalau hanya sedikit, nggak terlalu desak-desakan, mungkin tidak ini (memakan korban). Seharusnya ada kerjasama lintas sektor lebih baik terhadap ada indikasi penggunaan seharusnya," tutur Eva Susanti dalam konferensi pers Kemenkes RI, Selasa 4 Oktober 2022.

Maka dari itu, Eva Susanti menegaskan pentingnya kerjasama lintas sektor mengenai pemakaian gas air mata.

Gas air mata

Photo :
  • U-Report

Terlebih, Eva Susanti menegaskan agar diingat, pemakaian yang sedikit tidak memicu risiko besar yang bersifat sebagai 'senjata' bagi masyarakat.

"Karena kalau terlalu banyak, ada beberapa risiko. Risikonya sebagai senjata. Ada sedikit kegunaan untuk kerusuhan. Dia awalnya tidak mematikan. Karena ada risiko serius bila terlalu banyak," terang Eva Susanti.

Eva mengkhawatirkan, dengan pemakaian gas air mata berlebihan dapat memicu iritasi pada mata yang akhirnya berdampak pada cedera tubuh secara menyeluruh. Hal tersebut yang sepertinya tercetus di insiden Kanjuruhan di awal pekan ini.

Polisi periksa senjata pelontar gas air mata

Photo :
  • Antara Foto/Aditya Pradana Putra

"Kalau melihat risiko lain mungkin juga ada risiko cedera karena tidak bisa melihat. Kalau ramai, bertabrakan, ada patah tulang, cedera pembuluh darah," tandasnya.

Senada, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) M Sidik, menyebut bahwa kandungan dari gas air mata cukup beragam yang bersifat menyebabkan iritasi pada mata.

Namun sebenarnya, dapat dicuci bersih kembali sehingga iritasi bisa diatasi segera. Yang dikhawatirkan, gas air mata bisa berisiko pula pada sesak napas yang memicu dampak bahaya di tengah kerumunan.

Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran.

Photo :
  • (ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as)

"Iritasinya bukan main, maka mata terus memicu keluar air mata sehingga sulit melihat. Bisa ke paru-paru, hidung, tenggorokan, jadi sesak. Meski awalnya ditujukan untuk membuat orang tidak melihat lagi karena perih,” ujar M Sidik.

“Tapi bisa juga pengaruh ke saluran napas. Efek tersebut sebenarnya bisa dicuci dengan air tapi bisa terjadi pembengkakkan pada sebagian orang. Semuanya panik karena matanya tidak bisa melihat dan perih," lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya