Pakar: Semua Materi Plastik Ada Risiko Kesehatannya

Ilustrasi kemasan botol minum atau BPA.
Ilustrasi kemasan botol minum atau BPA.
Sumber :
  • iStockphoto.

“Kemudian kalau bicara tentang PET itu juga ada kajian yang menemukan bahwa PET mengandung mikroplastik. Karenanya kita juga sering diminta jangan taruh botol di dalam mobil, kalau kena panas nggak aman airnya. Ada proses migrasi kimia jika PET berada di dalam kondisi-kondisi yang tertentu. Styrofoam juga mengandung bionzine styrine apalagi kalau dipakai untuk merebus bakmi instan," tambahnya. 

Tetapi, kata Tiza, justru peraturan ambang batas aman penggunaan zat kimia yang ditetapkan BPOM yang bisa dijadikan pegangan masyarakat. 

Air kemasan galon guna ulang.

Air kemasan galon guna ulang.

Photo :
  • Istimewa

“Kenapa masih banyak produk-produk yang beredar yang dikemas dalam plastik adalah karena kita punya BPOM dan semua negara di dunia punya food and drugs agency yang mengatakan ini ambang batas aman kimia," tuturnya. 

Senada dengan Tiza, pakar polimer dari ITB, DR Achmad Zainal Abidin, mengatakan semua jenis plastik memiliki potensi migrasi zat kimia yang digunakan dalam proses pembuatannya. Menurutnya, melabeli potensi bahaya zat kimia hanya terhadap plastik Polikarbonat merupakan tindakan diskriminatif dan tidak sesuai dengan semangat pengawasan pangan.

Sebagaimana diketahui, ada banyak jenis zat plastik yang boleh digunakan sebagai kemasan makanan minuman termasuk Polikarbonat (PC), Poly Etilene Tereftalat (PET), Poly Propilen (PP) dan lain lain. Beragam jenis plastik tersebut digunakan sebagai kemasan pangan karena sifatnya yang inert (tidak bereaksi dengan lingkungan sekitar).

Dalam dua tahun terakhir, menurut Achmad ada upaya untuk mendiskreditkan kemasan plastik polikarbonat (PC) yang digunakan sebagai kemasan galon air. Padahal, kata dia, dilihat dari sifatnya polikarbonat memiliki beberapa keunggulan dibanding galon berbahan PET. 

Halaman Selanjutnya
img_title