Cemas Karena Merasa Gak Gaul? Ketahui Penyebab dan Dampak FOMO, Apa Itu?

Cemas dan stres
Sumber :
  • Pinkvilla

VIVA Lifestyle – Seseorang pernah merasa cemas atau minder karena dianggap tidak gaul di dalam lingkungan pergaulannya. Hal itu disebut dengan FOMO alias fear of missing out, yaitu perasaan yang bisa menimbulkan kecemasan bahkan rasa tidak nyaman, karena pada umumnya perasaan tersebut muncul pada semua orang tanpa terkecuali dan tidak mengenal umur. 

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

Secara bahasa, arti dari Fear of Missing Out adalah takut ketinggalan. FOMO adalah sebuah perasaan cemas atau takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan berita, tren, atau hype. Lewat laman klikdokter.com, dijelaskan pula bahwa rasa takut ketinggalan ini mengacu pada persepsi bahwa orang lain lebih bersenang-senang dan menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Akibatnya, kamu bisa memiliki rasa iri yang mendalam, bahkan kepercayaan diri ikut terpengaruh. Penyebab FOMO sering kali didahului dengan melihat media sosial orang lain. FOMO tidak hanya melibatkan perasaan bahwa orang lain memiliki hal-hal yang lebih baik, tetapi juga perasaan kehilangan akan sesuatu yang dirasa penting. Perasaan ini dapat berlaku bagi siapa saja. Lalu, bisa membuat kamu selalu merasa tidak berdaya karena merasa telah melewatkan sesuatu yang besar.

Ketua DPD PSI Jakbar Mundur, DPW PSI Jakarta: Kami Tidak Mentolerir Kekerasan Seksual

Dampak buruk FOMO

Ada sejumlah dampak buruk dari fenomena Fear of Missing Out. Berikut ini beberapa di antaranya:

5 Cara Detoks Pikiran untuk Mencegah Stres Makin Parah, Salah Satunya Meditasi

1. Menimbulkan Obsesi

Terobsesi atau cinta.

Photo :
  • U-Report

Memantau media sosial secara terus-menerus, dapat membuat seseorang menjadi terobsesi untuk menciptakan citra dan selalu tampil sempurna di media sosial. Nah, adanya obsesi ini dapat timbul karena kamu sering melihat isi media sosial orang lain yang dianggap menggambarkan kehidupan yang sempurna.

2. Menurunkan Rasa Percaya Diri

Berhentilah khawatir dan takut karena hanya akan merusak pikiran saja. Maka haruslah penuh keyakinan, penuh harapan, dan percaya diri bisa diaplikasikan pada rasa takut yang kita rasakan.

Photo :
  • vstory

Selain menimbulkan obsesi kehidupan yang sempurna, FOMO juga dapat mengikis rasa percaya diri seseorang. Isi dan gemerlap dari media sosial dapat membuat individu menjadi minder dan hilang rasa kepercayaan diri karena tidak bisa menyamai isi dari media sosial yang dia lihat.

3. Menyita Waktu

waktu

Photo :
  • vstory

Dampak lainnya berhubungan dengan waktumu. Ya, memantau media sosial secara terus-menerus dapat menyita dan membuang waktu. Waktu yang dapat kamu gunakan untuk hal-hal lain seperti membaca buku, melakukan hobi, bersosialisasi, dan lainnya menjadi hilang karena perhatian teralihkan untuk media sosial. 

4. Menghabiskan Uang

Ilustrasi kecanduan uang

Photo :
  • vstory

Rasa takut ketinggalan membuat orang yang terkena FOMO berusaha untuk selalu mengikuti tren atau sesuatu yang sedang hype. Tidak jarang tren ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang diperlukan. Sebagai contoh, kamu ikut hype membeli gawai yang baru saja dirilis. Padahal, gawai yang kamu punya masih bagus.

Hal tersebut terjadi akibat adanya rasa takut akan ketinggalan. Akibatnya, kamu akan menghabiskan uang untuk gawai yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

Penyebab FOMO

Menurut psikolog klinis, Lauren Hazzouri, fear of missing out mendorong seseorang untuk selalu memenuhi standar lingkungannya. Ini membuat seseorang mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Contoh, ada teman yang mengajak minum kopi di kafe. Tanpa pikir panjang kita setuju untuk ikut karena khawatir akan ada momen seru yang terlewat kalau kita tidak ikut.

Menurut Lauren, orang yang punya gangguan kecemasan atau depresi kemungkinan besar bisa mengalami FOMO. Tapi, perasaan rendah diri dan tidak bahagia adalah kontributor utama. Orang yang merasa rendah diri berlebihan jadi seolah perlu menunjukkan eksistensinya pada lingkungan untuk menunjukkan bahwa mereka bahagia atau berguna.

Sebaliknya, orang yang cukup bahagia dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak perlu menunjukkan pada siapa pun bahwa mereka benar-benar bahagia. Meski tidak terlihat oleh siapapun, mereka tetap tidak kehilangan rasa bahagia. Mereka yang mengalami FOMO juga cenderung lebih “konsumtif” terhadap sosial media. Sosial media bertujuan sebagai pelarian atas rasa kurang bahagia. Sering kali pelarian ini justru membuat mereka semakin merasa rendah diri. Karena melihat postingan teman yang punya kehidupan “sempurna” yang memunculkan rasa rendah diri dan iri.

Faktor pendorong FOMO

Dilansir daro jurnal Tingkat Kecenderungan FoMO (Fear of Missing Out) Pada Generasi Millenial (2020) oleh Maysitoh dan kawan-kawan,  JWT Intelligence (2012) menyatakan, ada enam faktor pendorong timbulnya FOMO, antara lain:

  • Keterbukaan informasi yang ada pada media sosial
  • Usia
  • Social One-upmanship
  • Topik yang tersebar melalui hashtag
  • Kondisi deprivasi relatif
  • Banyaknya stimulus untuk mengetahui informasi
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya