Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode Pap Smear atau IVA

Kanker serviks.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Meningkatnya kasus kanker serviks yang dialami oleh para wanita Indonesia menimbulkan kekhawatiran serta perhatian lebih terhadap kondisi kesehatan. Kanker yang penyebab utamanya berawal dari infeksi virus Human Papillomavirus (HPV) tersebut menjadi nomor dua paling banyak terjadi di Indonesia setelah kanker payudara.

Melahirkan Berulang Kali Dapat Menjadi Risiko Kanker Serviks, Benarkah?

Infeksi HPV sendiri dapat terjadi melalui hubungan seksual seperti sering ganti pasangan seksual, berhubungan badan dengan penderita HPV, hingga berhubungan seksual secara anal. Selain itu, penyebaran HPV juga bisa terjadi melaui kontan non-seksual seperti gaya hidup yang kurang bersih dan sehat, hingga penggunaan toilet umum. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.

"Proses dari infeksi virus HPV ke kanker serviks itu butuh waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Jadi misalkan seseorang ini terinfeksi HPV saat remaja, bisa jadi dia baru kena kanker serviksnya nanti ketika usianya lebih tua di 30 atau 40 tahunan," tutur Dr. dr. Cindy Rani SpOG-KFER, Dokter Spesialis Kandungan & Ginekologi, dalam Kelas Jurnalis ‘Melindungi Perempuan, Melindungi Generasi Penerus Bangsa’, di Jakarta, Rabu 2 November 2022.

Pendingin Udara Ini Bisa Mendeteksi Pergerakan Manusia

Setelah terinfeksi virus HPV, maka seorang pasien bisa mengalami kanker serviks dalam beberapa tahun ke depan maupun dalam jangka waktu yang lebih singkat. 

Skrining kanker serviks tidak mencegah infeksi HPV, tetapi secara sekunder dapat mencegah kasus kanker serviks. Dengan skrining, kelainan pada serviks dapat terdeteksi lebih awal. Apabila pasien sudah divaksin HPV, ia harus tetap menjalani skrining secara rutin dengan jadwal yang telah dianjurkan oleh dokter.

Terpopuler: Bagian Tubuh Ini Bisa Prediksi Ukuran Penis, hingga Faktor Risiko Kanker Serviks

Tes ini perlu dilakukan oleh wanita yang sudah melakukan hubungan seksual terutama pada usia 30 – 50 tahun, bertujuan untuk menemukan lesi prakanker dan mengetahui adanya perubahan sel leher rahim.

Ilustrasi kanker serviks.

Photo :
  • iStockphoto.

Ada dua cara untuk deteksi dini dan mengurangi risiko terjadinya kanker serviks. Skrining yang standar untuk lesi pra-kanker dan kanker serviks adalah tes pap (Pap Smear). Pilihan lainnya yang lebih sederhana dengan hasil yang cepat, baik, dan relatif murah adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA telah menjadi program pemerintah dan dapat dilakukan di puskesmas  maupun pusat kesehatan primer lainnya.

"Jadi pasien yang sudah mendapatkan vaksinasi HPV, tetap harus secara rutin melakukan pemeriksaan ke dokter supaya bisa terus dipantau perkembangan sel kankernya yang mungkin terjadi. Bisa dengan Pap Smear atau IVA," kata dokter Cindy.

"Tapi banyak yang takut bakal sakit atau segala macam. Padahal prosesnya ini cuma sebentar banget kok dan dipastikan ngga akan terasa sakit," ujarnya.

Dokter Cindy juga menyarankan kepada para pasien wanita yang hendak melakukan skrining kanker serviks agar datng sendiri ke ruang periksa bersama dokter yang bertanggung jawab. Sebab, pasien tersebut akan merasa lebih leluasa dan mudah terbuka terkait pemeriksaan organ intimnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya