Neurolog Menjawab Mitos Tentang Epilepsi yang Salah Kaprah

Ilutrasi penderita epilepsi
Sumber :
  • flickr

VIVA Lifestyle – Penyakit epilepsi adalah gangguan dari aliran listrik di otak yang tidak normal. Gejala epilepsi di antaranya berupa gangguan motorik, sehingga membuat pengidapnya seperti kejang.

Namun, gejala epilepsi tak hanya kejang-kejang. Gejalanya bisa saja membuat pengidap epilepsi merasa sangat lemas. Simak penjelasan dr. Zicky Yombana, Sp. S tentang epilepsi lebih lanjut dalam kanal YouTube Kata Dokter.

Gejala yang dialami saat epilepsi

dr. Zicky Yombana, Sp.S

Photo :
  • Tangkapan layar YouTube Kata Dokter

Menurut penjelasan dari dr. Zicky Yombana, Sp. S, epilepsi diketahui secara umum hanya mengalami kejang atau kaku tidak sepenuhnya benar. 

Definisi epilepsi adalah gangguan aliran listrik di otak yang memberikan gejalan sangat banyak,” ucap dr. Zicky Yombana, Sp. S, dikutip dari kanal YouTube Kata Dokter pada 3 November 2022.

Karena terjadi gangguan listrik di otak maka tergantung aliran listrik di otak itu terkena otak bagian yang mana,” timpalnya.

Paling sering gangguan yang terjadi ada di area motorik sehingga memberikan gejala seperti kejang badan terasa kaku, menurut Zicky. Namun, jika gangguan itu mengenai daerah yang lain, gejala lainnya merasakan lemas mendadak yang bisa masuk kategori epilepsi.

Selain itu, gejala lain yang bisa masuk ke kategori epilepsi adalah bengong atau melamun secara tiba-tiba dan dalam beberapa detik kembali normal. Itu semua tergantung dari daerah otak yang terkena.

Bahkan, kebas atau kesemutan yang hilang timbul dan dibuktikan ternyata ada gangguan aliran listrik di otak juga merupakan salah satu tanda dari epilepsi juga.

Penyebab epilepsi

Penderita epilepsi.

Photo :
  • U-Report

Penyebab dari terjadinya epilepsi adalah gangguan dari aliran listrik di dalam otak. Aliran listrik di dalam otak ada di daerah korteks atau daerah permukaan otak.

Sesuatu apapun yang terjadi di permukaan otak, itu dapat menyebabkan gangguan listrik yang berakibat epilepsi,” ujar dr. Zicky Yombana, Sp. S.

Sebagai contoh, seseorang yang memiliki tumor di selaput otak yang menekan permukaan otak dan juga seseorang yang memiliki riwayat pendarahan otak atau sumbatan di bagian permukaan otak.

Berawal dari Hobi Pakai Brand Mewah, Selebgram Berusia 70 Tahun Ini Debut di Paris Fashion Week

Namun, epilepsi bukan hanya terjadi karena ada gangguan mekanik seperti di atas. Tetapi, bisa juga karena gangguan fungsi yang sudah ada sejak lahir yang ternyata gangguan listriknya memang mengalami kendala sejak dulu.

Cara mencegah terjadinya epilepsi

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Epilepsi dapat disembuhkan dan juga dikontrol. Berikut ini cara mencegah terjadinya epilepsi menurut dr. Zicky Yombana, Sp. S:

  1. Konsultasikan secara rutin ke dokter spesialis saraf untuk diberikan obat. Setiap penderita epilepsi memiliki obat yang berbeda-beda, dilihat dari jenis kejangnya, area yang terkena, berapa lama menderita epilepsi, dan lain sebagainya. 
  2. Meminum obat secara rutin sampai dapat instruksi berhenti dari dokter, jangan pernah memutus obat di tengah jalan. 
  3. Selama melakukan proses pengobatan, harus rutin melakukan check up untuk mengetahui obat yang dikonsumsi cocok, efek samping obat, dan lain-lain.
Jangan Anggap Remeh, Ini 4 Tanda yang Menunjukkan Anda Alami Stres

Apakah terapi bisa mencegah terjadinya epilepsi?

Sebagian orang juga penasaran apakah terapi bisa mencegah terjadinya epilepsi. dr. Zicky Yombana, Sp. S akan menjawab pertanyaan itu dalam video yang diunggah dalam kanal YouTube Kata Dokter di bawah ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya