Tidak Perlu Dicabut, Ini Perawatan yang Bisa Dilakukan Saat Sakit Gigi

Ilustrasi mencabut gigi
Sumber :
  • goodsamdentalimplants

VIVA Lifestyle – Cabut gigi tidak lagi menjadi tindakan yang harus dilakukan dokter gigi apabila pasien mengalami masalah serius pada gigi.  Menurut Prof. Dr. drg. Ratna Meidyawati, Sp.KG, Subsp. KR(K) Ketua Kolegium Konservasi Gigi Indonesia, saat ini konsep kedokteran gigi tidak mencabut, melainkan mempertahankan dan merawat gigi. 

Potret Nikita Mirzani dan Rizky Irmansyah, Terbaru Setia Temani Ajudan Prabowo Perawatan Gigi

"Seuuai namanya, ilmu konservasi gigi. Jadi kita pertahankan gigi selama mungkin di rongga mulut. Namun bagaimanapun juga harus kita lihat indikasi dan bagaimana kondisi sisa jaringan gigi. Apakah bisa direstorasi; itu prinsipnya. Kalau sisanya sudah habis atau tinggal sedikit dan tidak bisa dipertahankan, mau tidak mau harus dihilangkan, karena sisa jaringan gigi bisa menimbulkan infeksi pada tubuh," kata drg Ratna. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.

Ia menjelaskan, kalau sudah dilakukan perawatan saluran akar gigi, ujungnya harus bisa dilakukan restorasi. Tapi tidak semua gigi bisa direstorasi. Misalnya rusaknya sudah parah, mahkota sudah habis, percuma; tidak bisa direstorasi lagi, sehingga akhirnya dicabut juga.

10 Penyebab Gigi Ngilu dan Goyang, Salah Satunya Kehamilan!

"Tujuan perawatan adalah bentuk gigi harus normal lagi, sesuai fungsinya. Kalau tidak sesuai dungsi, akan ada akibat tambahan yang terjadi misalnya bila gigi tidak diratakan, maka gigi atas bisa turun, sehingga makanan bisa terselip di antara gigi. Jadi harus dikembalikan ke bentuk semula," tutur drg Ratna.

Ternyata, Ini Penyebab Anak Demam Saat Tumbuh Gigi

Sementara itu Ketua IKORGI Cabang Jakarta Selatan, Dr. drg. Rina Permatasari, Sp.KG menambahkan perawatan gigi kerap dianggap mahal, dan lama karena harus bolak-balik. Tapi sekali pasien menyadari bahwa mempertahankan gigi itu lebih berharga daripada memakai gigi palsu, pasti akan memilih perawatan gigi.

"Di sinilah poin lebihnya dalam mempertahankan gigi. Memang tidak mudah; tindakannya panjang dan butuh berkali-kali datang. Tapi bila fungsi gigi bisa terselamatkan dan tidak perlu gigi palsu, pasti pasien akan memilih jalur perawatan," ujar dia. 

Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI) menyelenggarakan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Konservasi Gigi Indonesia kelima (SINI V) hari ini, di ICE BSD, Tangerang. Ini merupakan pertemuan ilmiah rutin setiap dua tahun sekali, yang diselenggarakan oleh IKORGI cabang. Penyelenggara SINI V adalah IKORGI cabang Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. 

SINI merupakan ajang ilmiah untuk mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang Konservasi Gigi bagi para dokter gigi spesialis Konservasi Gigi khususnya dan dokter gigi pada umumnya. Kegiatan ini juga merupakan wadah bagi para dokter gigi khususnya spesialis Konservasi Gigi, untuk saling bertukar ilmu.

"Apa yang disampaikan di seminar berdasarkan hasil penelitian, sesuai temanya evidence-based dentistry, yang diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari. Jadi tidak bisa cuma dari pengalaman saja lalu diimplementasikan ke pasien. Harus melalui penelitian yang panjang dulu," kata drg Rina. 

Sementara Ketua Pengurus Pusat IKORGI Dr.drg. Dudi Aripin, Sp.KG, Subsp. KR(K) mengakui  di masa pandemi COVID-19 riset klinis tentang perawatan gigi menurun karena berisiko untuk melakukannya. Jadi lebih banyak laporan kasus dan literatur review yang dipaparkan dalam seminar ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya