Demensia Banyak Ditemukan di Usia Produktif, Kenali Gejala dan Penanganannya

ilustrasi demensia.
Sumber :
  • Pixabay/jarmoluk

VIVA Lifestyle – Demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer, stroke ataupun penyakit lainnya. 

Pj Bupati Purwakarta Ingatkan Integritas ASN dan Mitigasi Wabah DBD

Demensia bukanlah penyakit spesifik tetapi merupakan sekelompok kondisi atau 'sindrom' gabungan sejumlah gejala dengan penurunan fungsi kognisi otak. Scroll untuk info selengkapnya. 

Dokter Spesialis Neurologi di Siloam Hospital Mampang, dr. Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, Mked(Neu), Sp.N., menjelaskan, secara detail, demensia bukanlah penyakit namun merupakan kondisi penurunan fungsi kognisi seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan menggangu aktivitas penderita. 

61 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Surabaya, Kenali Gejala-gejalanya

Menurutnya, angka kejadian demensia paling sering terjadi pada usia >=65 tahun. Namun saat ini telah banyak ditemukan kasus demensia pada usia produktif 40-50 tahun. Bahkan telah dilaporkan kasus demensia pada usia 20 tahun. Demensia pada usia produktif ini dikenal dengan Young Onset Dementia atau Early Onset Dementia.

Ilustrasi demensia

Photo :
  • Times of India
Kolesterol Naik Usai Lebaran? Jangan Panik, Ini 5 Tips Menurunkannya

"Dari banyak tipe demensia, data menunjukkan  yang paling sering ditemukan adalah Demensia Alzheimer yang berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di organ otak. Lalu diikuti oleh Demensia Vaskular, yang diakibatkan oleh gangguan pada pembuluh darah otak seperti stroke atau small vessel diseasse," ujarnya saat Bincang Sehat melalui Live Instagram, baru-baru ini. 

Dokter Laura lebih lanjut menyampaikan, jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Alzheimer adalah jenis demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.

Adapun terdapat perbedaan jelas antara pikun dan lupa dengan demensia, yaitu dari keadaan penderita. Menurut Laura, demensia lebih serius untuk ditopang kehidupannya karena demensia disebabkan rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf sel otak yang menyebabkan gangguan kognisi yang mengganggu fungsi sosial, aktivitas dan pekerjaan. 

"Faktor risikonya antara lain, pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, dan dapat juga karena merokok dan kecanduan alkohol," ungkapnya. 

Laura menambahkan, faktor risiko tersebut juga bisa dipicu beberapa penyakit seperti yang dapat menjadi penyebab, di antaranya depresi, hipertensi, obesitas, diabetes, bahkan sleep apnea.

"Adapun akan gejala utama penderita demensia diketahui melalui penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan alur komunikasi yang dapat semakin memburuk seiring waktu," paparnya. 

Ilustrasi lansia.

Photo :
  • Pixabay/pexels

Penanganan Demensia
Dokter Laura mengungkapkan, skrining dan deteksi dini menjadi penting, karena tindakan ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan atau kembali normal pada penderita demensia. Apabila sudah di tahapan tertentu, penanganan akan dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya dengan tujuan penderita dapat beradaptasi dengan kondisinya. 

Pemeriksaan saraf, mental dan yang dikenal dengan tes fungsi luhur akan mengawali tindakan diagnosa dan dilanjutkan pemindaian otak, CT scan, MRI atau PET scan dan tindakan pendukung lainnya. Beberapa terapi khusus dan penting lainnya termasuk dukungan keluarga dan support lingkungan.

"Diibaratkan sebuah rumah itulah demensia dan salah satu ruangan di dalamnya adalah alzheimer. Dapat diartikan alzheimer adalah salah satu tipe demensia paling umum," pungkasnya. 

Secara berkelanjutan, konsultasi merupakan langkah tepat guna memantau perkembangan dengan penangangan yang ideal. Termasuk menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, asupan nutrisi cukup sekaligus melatih otak secara berkala. 

"Termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes, kolesterol, hipertensi yang merupakan hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keluhan penyakit demensia," tutup dokter yang berpraktik di RS Siloam Mampang, Jakarta Selatan itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya