Remaja Transgender 5 Kali Lebih Mungkin Alami Insomnia, Kenapa?

ilustrasi transgender
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Sebuah penelitian menunjukkan remaja dan dewasa muda yang transgender lebih mungkin mengalami gangguan tidur daripada mereka yang gendernya sesuai dengan jenis kelamin (cisgender).

Diskriminasi Terhadap Perempuan Dalam Pekerjaan Kian Parah di Tiongkok

Dilansir dari mlive.com, studi dari University of Michigan baru-baru ini menemukan individu transgender mengidap insomnia lima kali lipat lebih tinggi dan tiga kali lipat lebih tinggi mengalami sleep apnea alias gangguan tidur lainnya. 

Hasil studi mengungkapkan bahwa orang yang mengikuti terapi penegasan gender (gender affirming) dapat menjadi perlindungan terhadap gangguan tidur. 

Geger Seorang Remaja Alami Hal mengerikan Ini Gegara Ikut Challenge di Sosmed

Ilustrasi transgender.

Photo :
  • Newslocker

Ronald Gavidia sebagai dokter obat tidur Michigan dan asisten profesor yang menulis penelitian tersebut membeberkan terapi gender affirming dapat membantu mengurangi gangguan tidur serta kondisi seperti kecemasan dan depresi. 

Fakta, Produk Tembakau yang Dipanaskan Minim Digunakan Remaja di Negara-Negara Maju

Menurutnya, proses perubahan gender dapat menyebabkan stres yang berujung mempengaruhi kualitas tidur seseorang. 

“Gangguan mood dan insomnia memiliki hubungan dua arah, transisi gender melalui terapi dapat meningkatkan kesehatan mental yang bisa menurunkan proporsi insomnia, suasana hati yang buruk, dan stres akibat menjadi minoritas,” katanya.

Penelitian ini melibatkan 2.603 yang diidentifikasi sebagai transgender atau orang dengan gender tidak sesuai dengan norma yang ada. Kelompok tersebut mayoritas berkulit putih (70 persen) dan rata-rata berusia 19 tahun. 

Menurut Universitas John Hopkins, diperkirakan sepertiga orang dewasa mengalami insomnia pada waktu tertentu. 

“Bagi siapapun yang mengalami gangguan tidur, itu dapat melemahkan karena tidur memegang peran penting dalam kesehatan. Tidur yang cukup, jika Anda tak memilikinya atau tidur terlalu sedikit, Anda berada dalam masalah,” tutur Gavinda. 

Transgender dilaporkan memiliki tingkat gangguan afektif mood yang jauh lebih tinggi (56 persen) dan kecemasan (52,8 persen) dibandingkan dengan cisgender. Hasil tersebut memperkuat pemahaman bahwa kesehatan mental yang kurang optimal dapat menyebabkan peningkatan risiko gangguan tidur. 

Insomnia sendiri tidak bisa dianggap remeh. Dalam jangka waktu panjang, ia akan menyebabkan penurunan perhatian, ingatan yang memburuk, kekurangan energi bahkan ke penyakit kronis seperti hipertensi, obesitas, diabetes, depresi, serangan jantung, dan stroke. 

Gavinda juga mengutarakan bahwa suasana hati buruk bukan hanya memberi dampak pada kualitas tidur, tapi juga hal lainnya yang dalam ini masih diteliti lebih lanjut.

“Dalam populasi khusus ini, kita harus memastikan bukan hanya soal tidur, ini tentang komponen lain juga,” tuturnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya