Waspada Moms, Si Kecil Rentan Diintai Penyakit Ini di Musim Hujan

Ilustrasi bayi
Sumber :
  • pixabay

VIVA Lifestyle – Moms, tahukah jika di musim hujan, Si Kecil lebih sering buang air kecil? Ternyata, total volume air dalam tubuh Si Kecil di tahun pertamanya sebanyak 65-80 persen dari berat badannya yang bisa berakibat pada ruam kulit jika perawatannya tak tepat di musim hujan.

Menkes Ungkap Alasan Tingkat Stunting Indonesia Baru Turun 0,1 Persen

Cairan di tubuh anak sangat diperlukan untuk berbagai fungsi tubuh dan secara normal cairan tubuh ini akan keluar melalui feses, keringat, pernapasan dan urin dalam jumlah tertentu. Pada musim hujan, jumlah cairan tubuh akan sedikit lebih banyak, karena umumnya jarang berkeringat akibat udara yang sejuk/dingin.

Kebiasaan buang air kecil pada musim hujan yang sering terjadi pada bayi disebut sebagai diuresis. Kondisi diuresis terjadi karena ginjal terlalu banyak menyaring cairan dan memproduksi urine.

Pakar Ingatkan Bahaya Screen Time, Ini Durasi yang Disarankan untuk Anak Main Gadget Bun!

Ilustrasi bayi pakai bando/bandana/headband.

Photo :
  • Pixabay.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), normalnya jumlah urine pada bayi newborn hingga usia 5 bulan adalah 60-450ml dengan frekuensi 20 kali dalam sehari. Jumlah ini bisa bertambah di musim hujan lho, Moms. 

Tega! Ayah di Medan Jual Anaknya Usia 11 Bulan Rp 15 Juta di Facebook

"Frekuensi buang air kecil yang bertambah dapat berpotensi menyebabkan kebocoran pada popok Si Kecil sehingga kulitnya dapat terkontaminasi oleh feses dan urine. Perubahan pH kulit akibat kontak langsung dengan fases dan urine inilah yang dapat menyebabkan ruam popok," ujar dokter spesialis anak, dr. S.T. Andreas Cristan Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A, dalam keterangan pers Makuku.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ruam popok pada bayi memang tidak mengancam jiwa, namun akan sangat mengganggu anak dan menyebabkan bayi rewel. Bila terjadi ruam dan tidak diatasi dengan baik, dapat terjadi infeksi sekunder, yaitu infeksi yang terjadi bersamaan dengan infeksi sebelumnya yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur pada kulit. 

"Semakin lama area yang mengalami ruam kontak dengan feses, iritasi akan semakin parah begitu juga dengan ruam popok. Oleh karena itu, penting bagi Ibu untuk membantu mengatasi risiko ruam popok. Salah satu perawatan yang tepat bagi bayi untuk mengatasi risiko ruam popok adalah dengan melakukan terapi “ABCDE”, ujar dokter spesialis anak, dr. S.T Andreas Christian Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A, dalam keterangan pers Makuku Indonesia.

ABCD merujuk pada Air, Barrier, Cleansing, Diaper, dan Edukasi. Air atau udara, di mana pada area tertutupi popok harus sesering mungkin terkena udara dengan membuka popok secara berkala. Lalu, Barrier atau pelindung, seperti mengoleskan krim barrier (misalkan zink oksida atau petrolatum) ke area yang tertutup popok untuk bayi yang berisiko terkena dermatitis popok. 

Lanjut, Cleansing atau pembersihan, selalu bersihkan area terkena popok dengan lembut menggunakan air setiap penggantian popok, hindari menggosok kuat. Diaper atau popok, di mana gunakan popok daya serap tinggi dan hindari popok kain. 

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/bayi.

Photo :
  • Freepik/gpointstudio

"Ganti popok setiap 1 hingga 3 jam. Serta, Edukasi yang mana orang tua harus diberi edukasi tata cara pencegahan dan pengobatan dermatitis popok," tambahnya.

Berikut adalah tips-tips anti ruam popok saat musim hujan untuk Si Kecil:

Sering mengganti popok

Pada umumnya, bayi perlu mengganti popok setiap 3-4 jam sekali. Hal ini untuk menghindari kontak yang terlalu lama dengan urin dan feses yang dapat meningkatkan pH basa pada kulit. 

Gunakan popok dengan kualitas baik

Ada beragam pilihan popok di pasaran, namun Moms harus dapat memilih popok berkualitas baik yang memiliki keunggulan:

Ilustrasi popok bayi

Photo :
  • pixabay/Ajale

Popok dengan daya serap tinggi 

Popok dengan daya serap yang tinggi dapat mengurangi kontak langsung antara kulit dengan urine. Moms membutuhkan popok yang mampu mengunci cairan pada popok sehingga tidak menyebabkan osmosis balik yang dapat meningkatkan potensi kebocoran popok Si kecil.

Anti Gumpal dengan inti struktur SAP

Popok yang anti gumpal sangat baik untuk cegah ruam popok. Karena popok yang mengandung bahan penyerap tradisional seperti pulp dapat menyebabkan gumpalan dan penyerapannya tidak merata. Selain berpotensi menyebabkan kebocoran popok, kondisi seperti ini akan mengurangi ruang gerak bayi dan kenyamanannya. Dengan inti struktur SAP, popok dapat menyerap lebih banyak cairan dan menguncinya sehingga menekan risiko ruam popok.

Berbahan lembut dan tipis

Kulit Si Kecil pada umumnya belum berkembang secara sempurna, sehingga masih sangat sensitif. Oleh karena itu, perlu memilih popok dengan bahan yang lembut untuk mengurangi gesekan pada kulit atau potensi mengiritasi kulitnya. Pemilihan popok yang tipis juga dapat menambah ruang gerak Si Kecil.

"MAKUKU SAP Diapers Comfort memiliki teknologi tinggi dengan daya tampung lebih besar, yaitu 400ml dan anti gumpal. MAKUKU SAP Diapers Comfort menggunakan inti struktur SAP (Super Absorbent Polymer) dimana teknologi ini mampu menyerap lebih banyak cairan dan menguncinya sehingga mengurangi risiko ruam popok. Inti struktur SAP berbeda dengan bahan penyerap tradisional seperti pulp atau serat kayu untuk membuat kertas. Jika cairan ditambahkan ke partikel SAP, maka akan berubah menjadi gel dan cairan terkunci dalam gel tersebut serta menjaga permukaan kulit bayi tetap kering," ujar CEO MAKUKU, Jason Lee.

Bersihkan dengan air dan keringkan kulit bayi sebelum gunakan popok 

Setelah buang air kecil dan buang air besar, sangat penting untuk bersihkan kulit bayi dengan air bersih. Gunakan air hangat agar si kecil lebih nyaman. Setelah itu pastikan untuk mengeringkan permukaan kulit area ruam popok sebelum mengenakan popok ke si Kecil. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya