Disentil Jokowi, Kemenkes Ungkap Alasan Sempat Pakai Biskuit Bayi Cegah Stunting

Ilustrasi bayi/anak/parenting.
Sumber :
  • Freepik/bristekjegor

VIVA Lifestyle – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tak lagi memberikan biskuit sebagai upaya pencegahan stunting. Sebab, sumber nutrisi utama dalam mencegah stunting sebenarnya berasal dari porsi makan seimbang, terutama variasi jenis protein hewani

Waspada! DBD di Indonesia Melonjak Hampir 3 Kali Lipat pada Kuartal I 2024

"Jangan sampai keliru, karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari Kementerian (Kesehatan) masih memberi biskuit pada anak, cari mudahnya saja," sentil Jokowi, saat membuka Rakernas Program Banggakencana dan Penurunan Stunting, yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN, Rabu, 25 Januari 2023.

Untuk itu, pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

Presiden Jokowi.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

"Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak," ujar Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH di Jakarta, dikutip Senin 30 Januari 2023.

Industri Facility Manajemen Indonesia di Atas Vietnam dan Kamboja

Dirjen Endang membeberkan bahwa pemberian biskuit sendiri dilakukan sejak tahun 2016 silam. Pada dasarnya, upaya cegah stunting sendiri terbagi dua dengan pangan lokal dan pabrikan. Pada pabrikan sendiri, termasuk dari olahan biskuit sendiri yang bisa awet dalam jangka panjang.

"Latar belakangnya, pemberian biskuit ini dilaksanakan sejak 2016. Memang ada panduan tentang pemberian makanan tambahan yang bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pangan lokal atau pabrikan," tambah Dirjen Endang.

Dirjen Endang mengatakan bahwa di tahun 2016 tersebut, pejabat yang berwenang mempertimbangkan beberapa detail persyaratan pemenuhan gizi yang kompleks yang diolah oleh pabrikan. Sementara untuk pilihan pangan lokal siap santap, menjadi upaya dari kalangan kader di posyandu.

"Karena detail dan persyaratannya banyak, berdasarkan pemenuhan zat gizi. Sehingga kebijakan saat itu dipilih pangan pabrikan karena ada standar yang harus dipenunhi, sementara kalau pangan lokal harus banyak yang dilakukan," katanya.

Maka dari itu, pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain di 16 kabupaten/kota percontohan yang berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota.

Ilustrasi bayi pakai bando/bandana/headband.

Photo :
  • Pixabay.

Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak. Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi. Ada peningkatan proporsi pada tahun 2022 yaitu inisiasi menyusui dini menjadi 60,1 persen dari yang sebelumnya 47,2 persen tahun 2021. Anak yang diberi ASI jadi 96,4 persen tahun 2022 dari yang sebelumnya ASI eksklusif 6 bulan terjadi penurunan dari 48,2 persen pada 2021 menjadi 16,7 persen pada 2022

Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9% tahun 2022 dari yang sebelumnya 35,5 persen tahun 2021, dan konseling gizi 32 persen tahun 2022 dari sebelumnya 21,5 persen tahun 2021.

Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan.

“Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,” ucap Dirjen Endang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya