Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

Vaksin difteri
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Asep/Fathulrahman

VIVA Lifestyle – Kementerian Kesehatan menetapkan kejadian luar biasa atau KLB difteri di Kabupaten Garut Jawa Barat baru-baru ini. Penetapan KLB difteri di Garut Jawa Barat ini dilakukan setelah adanya laporan kematian 8 orang warga Kabupaten Garut yang meninggal diduga terserang difteri.

Kematiannya Dianggap Tak Wajar, Makam Seorang Pria di Garut Dibongkar

Pemberlakuan KLB difteri diketahui sebagai langkah agar penyakit itu tidak semakin meluas. Sebelumnya pada 22 Februari 2023 lalu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkap penyebab dari terjadinya KLB difteri di Garut.

Dirinya menyebut bahwa KLB difteri disebabkan oleh imunisasi difteri yang terlambat. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Petugas Hentikan Ambulans yang Ternyata Digunakan Pemudik untuk Pulang Kampung

"Difteri di Garut memang vaksinasinya kurang gara-gara COVID-19 jadi agak berkurang," kata dia.

Seorang siswa SMA Negeri 33 mendapatkan imunisasi serentak atau Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri, di Cengkareng, Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf
Tak Lolos ke Senayan, PPP Tetap Siap Rebut Kursi Bupati Garut

Lantas apa itu difteri? Melansir laman CDC, difteri adalah infeksi serius yang disebabkan oleh strain bakteri yang disebut Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan racun.

Penyakit ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, masalah irama jantung, dan bahkan kematian. Difteri diketahui dapat menularkan ke orang lain.

Bakteri difteri menyebar dari orang ke orang, melalui droplet atau tetesan pernapasan, seperti batuk atau bersin. Orang juga bisa sakit karena menyentuh luka terbuka atau borok yang terinfeksi bakteri ini.

Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk sakit termasuk orang-orang yang tinggal di rumah yang sama, orang dengan riwayat kontak yang sering dan dekat dengan pasien dan orang yang secara langsung terpapar sekresi dari tempat infeksi yang dicurigai (misalnya, mulut, kulit) pasien.

Lapisan abu-abu tanda penyakit difteri.

Photo :
  • U-Report

Gejala
Ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan seseorang yang mungkin terpapar difteri. Beberapa gejala diantaranya sakit tenggorokan, kelelahan, demam, kelenjar leher bengkak, masalah pernapasan karena jaringan menghalangi hidung dan tenggorokan.

Selain itu, kesulitan menelan (disfagia). Masalah saraf, ginjal atau jantung (jika bakteri memasuki aliran darah).

Masa inkubasi
Orang yang terinfeksi biasanya menunjukkan tanda-tanda difteri sekitar dua hingga lima hari setelah terpapar. Lamanya waktu munculnya gejala bisa berkisar antara satu hingga 10 hari setelah terpapar.

Pencegahan dan Penanganan
Jika merasakan beberapa gejala di atas, segera mendatangi rumah sakit. Nantinya tenaga pelayanan kesehatan akan membuat diagnosis berdasarkan gejala dan tes laboratorium. Mereka akan menggunakan swab untuk mengambil sampel dari bagian belakang tenggorokan atau dari luka. Swab ini kemudian akan dianalisis di laboratorium.

Ilustrasi difteri

Photo :
  • Twitter.com/kemenkesri

Untuk penanganan difteri sering dilakukan sebelum hasil tes laboratorium dikonfirmasi. Penyedia layanan kesehatan biasanya akan meresepkan antitoksin difteri untuk menghentikan kerusakan pada organ.

Mereka juga akan meresepkan antibiotik, biasanya penisilin atau eritromisin, untuk melawan infeksi. Orang dengan difteri diisolasi untuk mencegah orang lain terinfeksi.

Orang yang terinfeksi tidak lagi menular sekitar 48 jam setelah minum antibiotik. Saat pengobatan berakhir, tes akan dijalankan lagi untuk memastikan bakteri sudah hilang.

Setelah bakteri hilang, Anda akan mendapatkan vaksin untuk mencegah infeksi di masa mendatang. Sementara itu, untuk pencegahan, difteri bisa dilakukan dengan melakukan vaksinasi difteri.

Vaksinasi difteri termasuk dalam daftar program nasional imunisasi dasar lengkap di Indonesia dan direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Terdapat 5 jenis vaksinasi difteri yang tersedia, yaitu:

1. Vaksinasi DTP
Vaksin DTP diberikan kepada anak-anak usia di bawah 7 tahun untuk mencegah difteri, tetanus, dan pertusis.

2. Vaksinasi DTaP
Bermanfaat sama dengan DTP, tetapi vaksin pertusis dimodifikasi sehingga diharapkan dapat mengurangi efek samping dari vaksin.

3. Vaksinasi DT
Vaksin DT diberikan kepada anak-anak usia di bawah 7 tahun untuk mencegah difteri dan tetanus.

4. Vaksinasi Tdap
Vaksin Tdap diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa, usia 11–64 tahun, untuk mencegah tetanus, difteri, dan batuk rejan.

5. Vaksinasi Td
Vaksin Td diberikan kepada remaja dan dewasa untuk mencegah tetanus dan difteri. Vaksinasi ini sebaiknya diulang tiap 10 tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya