Kasus Leptospirosis di Pacitan Jawa Timur! 500 Suspek, 114 Positif

Ilustrasi tikus.
Sumber :
  • Pixabay/sipa

VIVA Lifestyle – Angka penderita leptospirosis yang disebabkan bakteri dari urine tikus atau lebih dikenal dengan leptospira, di Pacitan Jawa Timur terus mengalami kenaikan signifikan. Total secara akumulatif terhitung mulai pertengahan Februari hingga awal Maret 2023, hampir mencapai 500 jiwa tercatat suspek.

Bentrok Kelompok Rontek di Pacitan Meluas: Kendaraan Pemudik Rusak Dilempar Batu

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, dr Daru Mustikoaji menjelaskan, pasien yang dinyatakan positif sebanyak 114 orang dan tersebar di 12 Puskesmas. Pihaknya mencatat, kasus tinggi Leptospira berada di 7 puskesmas, di antaranya Puskesmas Sudimoro, Puskesmas Ngadirojo, Puskesmas  Kebonagung, Puskesmas Tulakan, Puskesmas Arjosari, Puskesmas Tegalombo,dan Puskesmas Pakis Baru Nawangan. Scroll untuk info selengkapnya.

“Jumlah angka penderita cenderung meningkat. Per hari rata-rata 5 sampai 10 orang datang dengan keluhan atau gejala terinfeksi bakteri leptospira," jelasnya, Jumat 3 Maret 2023.

Bagaimana Membedakan Gejala Infeksi dengan Penyakit Biasa pada Anak?

Awas bahaya wabah Leptospirosis

Photo :
  • IG @sehatbareng.id

Menurut dia, alasan belum ditetapkannya kasus Leptospirosis sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) hingga saat ini, karena per Februari 2023, kasusnya belum melampaui atau belum ada peningkatan 100 persen. Jika angka kasus kian merebak bahkan mewabah, maka tidak menutup kemungkinan status KLB bisa segera ditetapkan. 

Identitas Pemeran Video Mesum di Hutan Pacitan Terkuak, Begini Pengakuannya

Namun hingga saat ini, upaya preventif pencegahan guna menekan angka kasus penyebaran bakteri leptospira di Pacitan masih belum sepenuhnya berjalan. Hal ini memicu masih berpotensi terdapat penyebaran. Dari total penderita yang dinyatakan meninggal, sudah mencapai 6 orang. 

Menyikapi kondisi itu, warga masyarakat Pacitan dibantu TNI/Polri dan relawan akan melakukan penangkapan tikus secara serentak dan menggunakan trap yang saat ini terpasang di Kecamatan Nawangan sebanyak 50 buah. 

Tikus yang tertangkap akan diserahkan ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan identifikasi dan pengambilan ginjal untuk diperiksa di laboratorium dengan metode PCR guna mengetahui adanya bakteri Leptospira. 

Di samping itu, pengendalian rodent secara mandiri petugas Puskesmas setempat biasa menggunakan metode On the Job Training, Trapping, identifikasi, dan bedah tikus.  

Sebagai informasi, Leptospirosis sempat menjadi penyakit yang mengemuka dan kemunculannya cukup menggemparkan pada awal 2017 lalu. Dari 34 penderita, tercatat 7 pasien dinyatakan meninggal saat dirawat di RSUD dr Darsono Pacitan. Bakteri leptospira sudah merambah dan tersebar di 12 kecamatan, di mana 7 di antaranya adalah pemegang kasus tertinggi.

Laporan: Agus Wibowo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya