Penderita Diabetes Boleh Konsumsi Hidangan Lebaran Bersantan, Ini Syaratnya

Opor Ayam
Sumber :
  • Pixabay/ Sharonang

VIVA Lifestyle – Hari Raya Idul Fitri dirayakan dengan penuh keceriaan oleh seluruh umat Muslim seraya menyambut momen kemenangan usai berpuasa satu bulan. Keceriaan itu pun dituangkan dalam deret sajian Lebaran yang sarat akan santan untuk menambah kelezatan makanan, namun mengundang kekhawatiran para diabetisi atau penderita diabetes.

5 Makanan yang Tidak Boleh Dikonsumsi oleh Penderita Asam Lambung, Apa Saja?

Deret makanan khas Lebaran di Indonesia sangat beragam dan berbeda di tiap daerahnya. Namun, satu hal yang menonjol dari makanan tersebut di mana rasa yang lezat berasal dari racikan bumbu rempah Indonesia serta tambahan santan. Meski lezat, santan sendiri kerap dimusuhi bagi para diabetisi. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.

Bukan tanpa alasan, sajian mengandung santan tanpa pemanis saja dikonsumsi berisiko menyerap gula darah dalam jumlah tinggi. Santan tanpa pemanis memiliki 2,1 gram gula dalam porsi 1 ons, gula ini naik menjadi 10,4 gram dalam santan ditambah pemanis. Dalam kedua kasus tersebut, hal itu bisa membuat risiko obesitas dan diabetes dengan asupan yang berlebihan.

5 Makanan yang Wajib Dihindari oleh Wanita Hamil, dari Daging Mentah hingga Kafein

Ilustrasi diabetes.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Lantas, bagaimana cara aman konsumsi santan bagi diabetisi?

Masa RAFI 2024, Konsumsi Avtur Naik 10%

“Penderita diabetes dapat mengonsumsi santan secukupnya sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang. Namun, penting bagi mereka untuk memerhatikan kadar gula darah mereka dan memerhatikan asupan karbohidrat mereka secara keseluruhan. Seperti makanan lainnya, santan mengandung beberapa karbohidrat, jadi penting untuk memperhitungkannya dalam perencanaan makan Anda," ujar ahli gizi, Pallini Winnifred, RDN, dikutip Style Craze, Sabtu 22 April 2023.

Ia memperingatkan agar lebih berhati-hati dengan produk santan yang ditambahan gula atau pemanis. Pastikan untuk membaca label untuk memeriksa ulang apakah itu tanpa atau dengan pemanis.

Sementara itu, banyak faktor lain yang dapat menyebabkan gula darah tinggi (hiperglikemia), termasuk sakit, stres, dan tidak memberikan insulin yang cukup. Seiring waktu, gula darah tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang yang serius. 

Gejala gula darah tinggi meliputi merasa sangat lelah, merasa haus, mengalami penglihatan kabur, buang air kecil (kencing) lebih sering. Jika Anda sakit, gula darah Anda bisa sulit diatur. Anda mungkin tidak dapat makan atau minum sebanyak biasanya, yang dapat memengaruhi kadar gula darah. 

Jika Anda sakit dan gula darah mencapai 240 mg/dL atau lebih, gunakan alat tes keton yang dijual bebas untuk memeriksa keton urin Anda dan hubungi dokter Anda jika keton Anda tinggi. Keton tinggi bisa menjadi tanda awal ketoasidosis diabetik, yang merupakan keadaan darurat medis dan perlu segera ditangani.

Cara Aman Jaga Gula Darah
Penting untuk menjaga kadar gula darah Anda dalam kisaran target Anda sebanyak mungkin untuk membantu mencegah atau menunda masalah kesehatan serius jangka panjang, seperti penyakit jantung, kehilangan penglihatan, dan penyakit ginjal. Tetap dalam rentang target Anda juga dapat membantu meningkatkan energi dan suasana hati Anda.

Gunakan pengukur gula darah (juga disebut glukometer) atau monitor glukosa berkelanjutan (CGM) untuk memeriksa gula darah Anda. Pengukur gula darah mengukur jumlah gula dalam sampel kecil darah, biasanya dari ujung jari Anda.

CGM menggunakan sensor yang dimasukkan di bawah kulit untuk mengukur gula darah Anda setiap beberapa menit. Jika Anda menggunakan CGM, Anda masih perlu menguji setiap hari dengan pengukur gula darah untuk memastikan pembacaan CGM Anda akurat.

Kapan saya harus memeriksa gula darah?
Seberapa sering Anda memeriksa gula darah tergantung pada jenis diabetes yang Anda miliki dan apakah Anda mengonsumsi obat diabetes. Waktu yang umum untuk memeriksa gula darah Anda meliputi:

Saat pertama kali bangun tidur, sebelum makan atau minum apapun.
Sebelum makan.
Dua jam setelah makan.
Di waktu tidur.
Jika Anda menderita diabetes tipe 1, menderita diabetes tipe 2 dan mengonsumsi insulin, atau sering mengalami gula darah rendah, dokter Anda mungkin ingin Anda memeriksa gula darah lebih sering, seperti sebelum dan sesudah Anda aktif secara fisik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya