Bukan Tanda Keperawanan, Perdarahan Usai Berhubungan Seks Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks

ilustrasi organ intim/vagina.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA Lifestyle – Kanker serviks menjadi penyebab kematian wanita kedua terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara. Terlebih, gejala pada kanker serviks ini kerap diabaikan sehingga berdampak pada kondisi tubuh dengan stadium lanjut yang sulit diobati.

Celine Dion Ungkap Penyakit Langka yang Dideritanya: "Saya Berharap Ada Keajaiban"

Kanker yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) ini biasanya tidak menunjukkan gejala atau keluhan pada tahap awal. Gejala atau keluhan biasanya baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium 2 atau lebih. Scroll untuk info lengkapnya.

Salah satu gejala yang patut diwaspadai yakni keputihan yang berulang meski telah diobati. Selain itu, terjadi post-coital bleeding atau pendarahan pasca berhubungan seks yang kerap menjadi gejala yang dirasakan, meski tidak selalu merujuk pada kanker serviks. 

Bukan Lagi Penyakit Orangtua, Penderita Kanker di Usia Muda Meningkat 79 Persen

"Meski demikian, bukan berarti kanker ini tidak bisa dihindari. Kanker ini termasuk penyakit yang slow-growing, diperlukan fase yang panjang atau waktu yang lama dari tahap infeksi sampai menjadi kanker," ujar Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Pondok Indah, dr. Andry, Sp.O.G, FMIGS, FEGRF, dalam keterangan persnya, dikutip Sabtu 22 April 2023.

Pentingnya Deteksi Dini: Gejala Awal serta Faktor Risiko Kanker Serviks yang Harus Diwaspadai

Ada lebih dari 100 sub-tipe HPV yang digolongkan menjadi high-risk HPV, yaitu virus yang menyebabkan kanker, dan golongan low-risk HPV, yang tidak menyebabkan kanker. Sekitar 30-40 sub-tipe HPV dapat menginfeksi area kelamin dan menimbulkan penyakit kutil kelamin baik pada pria maupun wanita, serta menyebabkan kanker serviks pada perempuan dan kanker penis pada pria. 

Berbagai jenis HPV lainnya dapat menyebabkan infeksi pada jari, tangan, dan wajah. Dari sekian banyak HPV, diketahui hanya tipe HPV onkogenik tertentu yang paling sering menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV strain 16 dan 18. Infeksi HPV strain ini menyebabkan perubahan sifat sel pada area serviks menjadi sel abnormal yang berpotensi menjadi keganasan.

"Penularan infeksi HPV dapat terjadi melalui aktivitas seksual. Risiko penularan menjadi meningkat jika seorang wanita sering berganti-ganti pasangan seksual, memiliki kebiasaan merokok, serta terinfeksi HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, atau memiliki kondisi gangguan sistem imun," tambahnya.

Sebagian besar infeksi HPV tidak menimbulkan gejala. Terkadang, kutil yang timbul di kelamin atau bagian tubuh lain merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Infeksi virus ini tidak memiliki pengobatan anti-virus spesifik, dapat sembuh sendiri dengan bantuan imunitas tubuh. Namun, pada wanita yang berusia 30 tahun ke atas, kemungkinan untuk terjadi infeksi yang menetap menjadi lebih besar.

"Karena infeksi awal HPV dapat berlangsung tanpa gejala, maka pencegahan sangat penting untuk dilakukan," tuturnya.

Ilustrasi kanker serviks.

Photo :
  • iStockphoto.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi terhadap infeksi HPV. Vaksinasi atau pemberian antigen ke dalam tubuh individu akan menginduksi terbentuknya antibodi atau kekebalan terhadap infeksi alamiah dari HPV. 

"Vaksinasi dapat mencegah infeksi HPV penyebab kanker berkembang menjadi kanker serviks invasif," jelasnya.

Dalam data terbaru, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) kini merekomendasikan dosis vaksinasi HPV yakni dua dosis untuk anak perempuan berusia 9-14 tahun dan tiga dosis untuk wanita dewasa di atas 18 tahun.

"Vaksin HPV pada umumnya dapat diterima dengan baik oleh para penerimanya, reaksi paling sering terjadi setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikkan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan yang hanya bersifat sementara," imbuhnya.

Antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV memberikan perlindungan jangka panjang dan berlangsung lama. Manfaat vaksin ini secara maksimal dapat diperoleh apabila seseorang belum pernah melakukan hubungan seksual. Namun, bagi perempuan yang sudah menikah atau pernah berhubungan seksual, vaksin ini juga bermanfaat karena belum tentu seseorang tersebut pernah terpapar oleh virus HPV dengan strain yang dapat dicegah oleh vaksin. 

"Hanya saja, bagi wanita yang sudah aktif secara seksual, sebelum mendapatkan vaksin, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan kebidanan, serta melakukan screening organ kewanitaan terlebih dahulu," terangnya.

Apalagi kini telah tersedia vaksin HPV terbaru yang mampu memproteksi tubuh lebih banyak strain virus HPV yang diketahui dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kutil kelamin hingga kanker serviks. Bagi seseorang yang aktif secara seksual dan telah menerima vaksin, tetap perlu melakukan screening rutin. Mengapa? 

"Karena sebanyak 30 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh strain HPV yang tidak dapat dicegah oleh vaksin tersebut," tandas dokter Andry.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya