15 Jemaah Haji Meninggal Dunia, Dominan Akibat Jantung Koroner

Ilustrasi Jemaah Haji
Sumber :
  • vstory

VIVA Lifestyle – Sebanyak 15 jemaah haji asal Indonesia meninggal dunia menurut laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Dalam data yang dilaporkan, tercatat bahwa penyakit yang mendominasi wafatnya jemaah haji tersebut lantaran mengidap penyakit jantung koroner (PJK).

Ini Akibat Jarang Scaling Gigi yang Perlu Anda Ketahui!

Kepala Pusat Kesehatan (Puskes) Haji Liliek Marhaendro Susilo menyampaikan hal itu bahwa 15 jemaah haji tercatat wafat di Tanah Suci. Liliek menjelaskan, lima dari 15 orang pasien yang meninggal dunia tersebut diketahui mengidap PJK. Scroll lebih lanjut ya.

"Sampai dengan kemarin jam 4 sore, itu sudah ada 15 orang jemaah yang wafat. Penyakit yang terbanyak menjadi penyebab wafatnya jemaah adalah penyakit jantung iskemik, itu dialami oleh lima orang," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin 5 Juni 2023.

Pelunasan Biaya Haji Ditutup pada 5 April, Kuota 213.320 Jemaah Reguler Sudah Terisi

Lebih dalam, Liliek menambahkan bahwa PJK tersebut dipicu oleh adanya gangguan pada saliran darah yang mengalir dari tubuh ke jantung. Maka, terlihat kerja jantung terbebani sehingga pasien akan mudah merasa lelah, meski hanya melakukan akitivitas ringan.

Sempat Kena Serangan Jantung, Putra LeBron James Masuk Draf NBA Musim Ini

"Biasanya tanda-tandanya jemaah ini tidak bisa beraktivitas banyak. Kalau banyak jalan dia sudah ngos-ngosan, atau rasanya sesak," jelas Liliek.

Untuk itu, jemaah haji diimbau agar berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi jantungnya, terutama jika memiliki PJK. Mengonsumsi obat yang diresepkan dokter akan membantu menjaga kondisi jemaah haji hingga ibadah selesai dan tiba di Tanah Air.

Sakit

Photo :
  • 1368242

"Kalau mereka sudah konsultasi ke dokter biasanya sudah diberikan obat-obatan yang rutin diminum. Sehingga kita anjurkan selalu, terhadap jemaah yang sudah membawa obat yang sudah diresepkan dokter untuk diminum secara rutin ini supaya dibawa dalam jumlah yang cukup selama masa mereka menunaikan ibadah haji," jelasnya.

Selain obat, Liliek juga menganjurkan asupan cairan yang mencukupi agar menghindari dehidrasi. Sebab, kondisi dehidrasi dapat mencetuskan masalah di jantung dan memicu PJK sehingga berisiko pada kematian.

"Cara ini, yang kita harapkan adalah meskipun dia sakit seperti itu tapi kondisi kesehatannya tetap terkendali. Itulah yang kita ingatkan kepada mereka," tuturnya.

Tanda PJK dan Serangan Jantung

Ilustrasi

Photo :
  • 1429947

Ada pun sebelumnya, Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Ade Meidian SpJP, mengatakan bahwa serangan jantung dapat terjadi kapan saja dan pada siapapun. Serangan jantung ini kini cenderung terjadi tak hanya pada usia lanjut, tapi juga individu berusia 40 tahun ke atas. Tanda yang ditunjukkan tak banyak, namun sebenarnya cukup untuk mendeteksi dini dan segera mencari pertolongan cepat.

Menurut dokter Ade, fungsi jantung yang memompa aliran darah ke seluruh tubuh, menyalurkan oksigen sehingga kondisi tetap sehat dan bugar. Namun, aliran tersebut dapat terhambat bila ada kendala di saluran pembuluh darah dan hal itu menunjukkan gejala khas.

"Kalau ada penyempitan atau sumbatan di situ, nyerinya menjalar. Jadi rahang merasa tercekik," tuturnya terpisah.

Selain itu, pasien yang mengidap penyakit jantung koroner (PJK) dan risiko serangan jantung, juga kerap mengeluhkan tanda nyeri di bagian tubuh lain seperti lengan dan bahu. Bahkan, tak sedikit yang mengeluhkan nyeri menjalar di punggung tanpa penyebab. Hal itu kerap terjadi saat sedang beraktivitas, terkadang nyerinya semakin meningkat.

"Pasien serangan jantung atau PJK, nyeri di dada ke lengan kiri dan ulu hati seperti sakit maag," ucapnya.

Ilustrasi

Photo :
  • 383666

Ditambahkannya, kondisi serangan jantung dan PJK juga kerap menunjukkan gejala yang kurang khas pada beberapa kelompok seperti lansia, pasien diabetes, atau kaum hawa. Sebab pada kelompok tersebut, cenderung lebih tahan terhadap rasa sakit sehingga mengabaikan rasa nyeri yang menjalar. Maka, dokter Ade menyarankan untuk memantau kondisi tubuh masing-masing.

"Misal gejala sesak napas, dulu naik 3 lantai aman, sekarang naik 1 lantai udah sesak, hati-hati masalah jantung. Kalau aktivitas, dada berasa berat. Kesemutan termasuk. Paling penting mengedepankan pencegahan disarankan usia atas 40 tahun medical check up," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya