Kardiomiopati: Ancaman Silent Killer yang Mengintai Jantung

Ilustrasi serangan jantung/stroke.
Sumber :
  • Freepik/rawpixel.com

Jakarta, VIVA –   Salah satu kondisi jantung yang mungkin belum familiar bagi banyak orang adalah kardiomiopati. Untuk mengetahui apa itu kardiomiopati  secara mendalam,  dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan subspesialisasi di Gagal Jantung Lanjut dan Kardiometabolik, dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA, memberikan penjelasan lebih jauh mencakup definisi, jenis-jenisnya, siapa yang berisiko, gejala, pemeriksaan diagnostik, serta pengobatannya. 

Wanita Ini Alami Kondisi Jantung Genetik Langka, Hidup Tanpa Denyut Nadi

Pengertian Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kelainan pada otot jantung dikarenakan sebab yang spesifik. Pada hakikatnya, jantung merupakan organ otot, sehingga apabila otot jantung mengalami perubahan struktural atau fungsional, maka kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh dapat terganggu. Kondisi demikian dikenal sebagai gagal jantung.

“Kardiomiopati dapat berkembang secara bertahap dan sering kali tidak menunjukkan gejala khas pada awalnya, sehingga banyak orang baru menyadari kondisi ini saat sudah dalam tahap lanjut. Kondisi ini dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup dan memerlukan perhatian medis yang intensif. Apalagi kebanyakan kasus kardiomiopati terjadi pada usia muda, yaitu puncaknya di sekitar usia 30-40 tahun,” terang dr Leonardo. 

Ahli Jantung Peringatkan Patah Hati Bisa Berujung Kematian

dr. Leonardo Paskah Suciadi

Photo :
  • RS Siloam Lippo Village Tangerang

Kasus Korupsi Pj Wali Kota Pekanbaru, KPK Geledah 12 Rumah Dinas dan 6 Kantor Pemkot
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan subspesialisasi di Gagal Jantung Lanjut dan Kardiometabolik, dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA

Jenis-Jenis Kardiomiopati

1.    Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati yang paling umum. Dalam kondisi ini, otot jantung akan melemah sehingga dinding bilik jantung (ventrikel) akan mengalami penipisan dan ruang jantung membesar. Sebagai konsekuensinya, jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif. Gejala yang sering muncul termasuk sesak napas, cepat lelah, dan pembengkakan pada kaki atau perut.
2.    Kardiomiopati Hipertrofik
Pada kardiomiopati hipertrofik, dinding jantung khususnya ventrikel kiri, mengalami penebalan yang berlebihan dan tidak lazim. Adanya hipertrofi dari otot jantung ini akan menyebabkan dinding bilik jantung menjadi mengeras dan kaku sehingga berdampak pada gangguan relaksasi jantung, suatu fase yang penting dalam pengisian darah ke dalam bilik jantung sebelum dipompakan ke seluruh tubuh. 

Jenis kardiomiopati ini merupakan yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar 1 dari 500 populasi sehat. Penyebabnya hampir selalu mutasi genetik atau keturunan. Gejala dapat berupa nyeri dada, berdebar, dan pingsan. Kondisi ini juga dapat berakhir sebagai gagal jantung yang berat. Pada beberapa kasus, khususnya usia muda, kelainan ini tidak menimbulkan keluhan apapun, sehingga sering kali terdeteksi secara kebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin semisal rekaman jantung (EKG) dan ekokardiografi. Kardiomiopati hipertrofik merupakan penyebab tersering dari kematian jantung mendadak saat sedang berolahraga pada usia muda.

3.    Kardiomiopati Restriktif
Kardiomiopati restriktif ditandai perubahan struktur dinding bilik jantung yang menyebabkan dengan pengerasan otot jantung tanpa adanya penebalan dinding. Jenis kardiomioapti ini terbilang lebih jarang dibandingkan kelainan otot jantung lainnya. Serupa dengan kardiomiopati hipertrofik, kondisi restriktif akan menyebabkan gangguan berat pada fase relaksasi otot jantung sehingga berakibat sebagai gagal jantung dengan gejala berat, dan umumnya sulit untuk diobati.  Penyebabnya bisa beragam, salah satunya yang cukup sering ditemukan belakangan adalah amyloidosis jantung.

4.    Kardiomiopati Aritmogenik
Kelainan ini secara spesifik disebabkan oleh perubahan jaringan otot jantung yang normal menjadi jaringan lemak fibrosa. Secara statistik, kondisi ini lebih sering mengenai atau dimulai dari bilik jantung sebelah kanan, namun pada sebagian kasus bisa meluas hingga ke bilik jantung kiri. Kondisi ini sering kali menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung yang fatal, jauh sebelum manifestasi gejala gagal jantung terjadi. Hal ini berkaitan dengan insidensi henti jantung atau kematian jantung mendadak yang lazimnya dijumpai pada pasien usia muda dengan penampilan sehat tanpa gejala sebelumnya.

Siapa yang Bisa Terkena Kardiomiopati
Siapa saja dapat terkena kardiomiopati, terlepas dari usia atau jenis kelamin. Namun, beberapa kelompok lebih berisiko terkena kardiomiopati:
•    Riwayat keluarga: Risiko tertinggi apabila terdapat anggota keluarga yang menderita kardiomiopati serupa, penyakit jantung lain, atau kematian jantung mendadak pada usia muda.
•    Genetik: Risiko meningkat pada mereka yang mewarisi gen yang termutasi. Tes genetik dapat mengungkap hal ini.
•    Riwayat infeksi atau peradangan jantung (miokarditis): Paling sering disebabkan oleh beberapa virus tertentu. Sering kali saat terkena infeksinya gejala nya ringan layaknya flu biasa
•    Penyakit sistemik: penyakit jaringan ikat atau autoimun tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya kardiomiopati, khususnya jenis dilatasi dan restriktif
•    Penyintas kanker: terutama yang pernah atau sedang mendapatkan radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi tertentu yang berpotensi toksik bagi otot jantung.

Gejala Umum Kardiomiopati
Gejala kardiomiopati sering kali bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. Gejala umum yang mungkin dialami meliputi:
•    Sesak napas: Terutama saat aktivitas fisik atau ketika berbaring.
•    Kelelahan: Merasa cepat lelah bahkan setelah aktivitas ringan.
•    Pembengkakan: Terutama pada kaki, pergelangan kaki, dan perut, akibat penumpukan cairan.
•    Nyeri dada: Rasa nyeri atau ketidaknyamanan di dada yang dapat menyebar ke lengan, bahu, atau leher.
•    Berdebar: Merasakan detak jantung yang tidak teratur atau berdebar-debar.
•    Pingsan: terutama saat sedang berolahraga

Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis kardiomiopati, dokter akan menggunakan beberapa metode pemeriksaan spesifik selain pemeriksaan fisik, antara lain:
•    Elektrokardiografi (EKG): Merekam aktivitas listrik jantung untuk mendeteksi  adanya gangguan irama jantung, atau tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya abnormalitas otot jantung.
•    Ekokardiografi: pemeriksaan dengan dasar ultrasonografi untuk menilai struktur dan fungsi jantung. Merupakan pemeriksaan awal dan penting untuk medeteksi kardiomiopati
•    Laboratorium darah: selain pemeriksaan standar, terdapat beberapa parameter spesifik yang dapat di tes sesuai kasus, seperti NTproBNP, troponin, CRP, panel amiloid, dan lain-lain.
•    MRI jantung: Pencitraan magnetik ini akan memberikan gambaran yang lebih detail tentang struktur dan fungsi jantung sehinga sering kali dibutuhkan untuk konfirmasi diagnosis kardiomiopati
•    Tes genetik: Direkomendasikan untuk beberapa kasus kardiomiopati khususnya tipe hipertrofik dan aritmogenik. Spesimen tubuh biasanya berupa sampel darah dan usapan mukosa mulut.
•    Biopsi jantung: Tindakan invasif yang dilakukan di ruang kateterisasi jantung, ditujukan untuk mengambil sampel jaringan jantung secara langsung di bagian otot jantung yang abnormal. Contoh jaringan akan dianalisis secara histopatologi di bawah mikroskop sehingga diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan tepat.

Peran Ekokardiogram dalam Mendiagnosis Kardiomiopati
dr. Leonardo mengatakan, Ekokardiogram menghasilkan gambar jantung dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan oleh jaringan jantung (ultrasonografi). Hal tersebut memungkinkan dokter untuk melihat struktur jantung, ukuran bilik jantung, ketebalan dinding, dan dinamika fungsi jantung. Ini adalah metode non-invasif dan sangat praktis serta efektif dalam mengidentifikasi perubahan struktural yang terkait dengan kardiomiopati.

Peran MRI Jantung dalam Evaluasi Kardiomiopati
MRI jantung memberikan gambaran yang sangat detail tentang struktur jantung, termasuk jaringan otot dan dinding jantung. MRI dapat membantu dalam menilai kerusakan pada otot jantung dan perubahan struktural yang tidak selalu terlihat pada ekokardiogram. Dengan demikian, pemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi abnormalitas struktur jantung, serta sangat berguna dalam penegakan diagnosis kasus sulit yang sering kali terlewatkan dengan tes metode lain.

Kardiomiopati dengan Risiko Henti Jantung Mendadak
Sebagian besar kasus kardiomiopati dapat menimbulkan risiko terjadinya aritmia fatal dan henti jantung yang berakibat pada kematian jantung mendadak. Sering kali kejadian ini justru dialami pada penderita yang relatif bergejala ringan atau bahkan tanpa gejala sebelumnya. Dengan kata lain, komplikasi fatal ini dapat terjadi sebagai manifestasi awal pada penderita dengan kardiomiopati, sebelum gejala lain atau gagal jantung muncul. 

Perbedaan Serangan Jantung dan Kardiomiopati Takotsubo
Kardiomiopati takotsubo atau dikenal sebagai “broken heart syndrome” adalah kondisi unik yang gejalanya mirip dengan serangan jantung, yaitu berupa nyeri dada atau sesak napas yang mendadak. Namun, kondisi ini tidak disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner, melainkan oleh karena kerusakan sementara dari otot jantung yang dipicu oleh hormon stres yang dilepaskan secara berlebihan yang bersifat toksik bagi otot jantung. Hal ini sering kali ditemukan pada wanita usia pasca menopause sesaat setelah dipicu oleh stres emosional atau fisik yang berat, termasuk pasca kejadian penyakit akut lain yang berat, misalnya perdarahan otak.

Kardiomiopati dan Gagal Jantung
Komplikasi lanjut dari kardiomiopati umumnya berupa gagal jantung yang ditandai dengan gangguan jantung dalam memompa darah dengan efektif ke seluruh tubuh, baik dikarenakan oleh kontraksi ototnya melemah atau sebaliknya relaksasi otot yang terganggu. Kondisi ini akan mengakibatkan bendungan darah di berbagai organ tubuh seperti paru, perut, ginjal, dan kedua tungkai sehingga pasen akan mengeluhkan sesak napas dan bengkak badan. 

Indikasi untuk Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung biasanya dipertimbangkan jika kardiomiopati sudah menyebabkan gagal jantung terminal yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan atau intervensi lain. Hal ini adalah langkah terakhir untuk memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Kardiomiopati dan Rehabilitasi Jantung
Rehabilitasi jantung melibatkan program latihan, edukasi, dan dukungan psikologis untuk membantu pasien dengan kardiomiopati meningkatkan kesehatan jantung dan kualitas hidup. Ini termasuk latihan fisik yang aman, manajemen stres, dan perubahan gaya hidup.

Perubahan Gaya Hidup
Berikut ini adalah berbagai cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kardiomiopati:
•    Diet sehat: Mengurangi konsumsi garam dan makanan berlemak untuk mengelola tekanan darah dan berat badan. Asupan cairan juga direkomendasikan apabila sudah terdapat gagal jantung.
•    Menurunkan berat badan: Dilakukan agar beban kerja jantung berkurang, antara lain dengan pengaturan diet, olahraga rutin, maupun bantuan obat atau intervensi medis tertentu.
•    Olahraga teratur: Latihan fisik yang terukur tetap direkomendasikan untuk meningkatkan stamina dan kebugaran secara umum. Umumnya penderita kardiomiopati tidak disarankan untuk menjalani olahraga berat atau ekstrem dikarenakan risiko aritmia dan heni jantung mendadak.
•    Menghindari alkohol dan rokok: Kedua kebiasaan ini dapat memperburuk kondisi jantung.

Layanan Advanced Cardiac Care Clinic (ACCC) di SHKJ
RS Siloam Kebon Jeruk menawarkan layanan Advanced Cardiac Care Clinic (ACCC) sebagai pendukung pelayanan konsultasi di klinik spesialis jantung yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk memberikan perawatan komprehensif pasien dengan penyakit jantung yang kompleks seperti misalnya gagal jantung. 

Tim yang berdedikasi khusus di ACCC terdiri atas dokter umum, perawat, farmasi klinis dan ahli gizi yang dilatih khusus dan tersertifikasi nasional untuk pelayanan khususnya di bidang gagal jantung. Layanannya meliputi:
•    Edukasi pasien: Memberikan informasi mendetail terkait aspek penyakit yang diderita dan tentang cara perawatan diri selama di rumah. 
•    Monitoring rutin: Membangun komunikasi secara telemonitoring antara tim medis disini dengan pasien dan perawatnya di rumah perihal kondisi terkini pasien beserta permasalahan yang dihadapi selama di luar rumah sakit. Hal ini juga meliputi pemantauan kondisi secara teratur untuk menilai efektivitas pengobatan dan perkembangan penyakit.
•    Konsultasi nutrisi: Penilaian status gizi dan membantu merancang program diet yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan jantung.
•    Farmasi klinis: Penjelasan detail tentang berbagai obat yang diresepkan oleh dokter Anda, meliputi kegunaan, cara minum, cara penyimpanan, dan potensi efek samping yang dapat terjadi. Selain itu, pengecekan potensi interaksi obat juga dilakukan untuk pasien yang mengkonsumsi banyak obat dari beberapa dokter yang berbeda (polifarmasi).

Layanan ACCC di RS Siloam Kebon Jeruk bertujuan untuk memberikan pendekatan holistik dan terkoordinasi dalam perawatan pasien dengan penyakit jantung yang kompleks, khususnya gagal jantung, dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup dan pengelolaan jangka panjang secara berkesinambungan.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya