4 Perilaku Rawan Sakit Jantung yang Wajib Dijaga Ketat untuk Pasien Rehabilitasi Kardiovaskular

Ilustrasi serangan jantung
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA –  Rehabilitasi kardiovaskular atau cardiac rehabilitation (CR) adalah proses yang penting setelah kateterisasi jantung, tindakan bedah jantung, pemasangan ring bahkan alat pacu jantung permanen (PPM), termasuk penanganan gagal jantung kongestif (CHF). Tujuan utama dari CR adalah membantu pasien pulih dengan cepat dan efektif, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah masalah kesehatan di masa depan. Proses ini melibatkan tim medis multidisiplin yang bekerja sama untuk menyediakan perawatan yang menyeluruh. 

STEMI Masuk Kategori Serangan Jantung Akut, Harus Cepat Ditangai dengan Cara Ini

Terkait hal ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah; subspesialis preventif-rehabilitasi kardiovaskular (konsultan) RS Siloam Jantung Diagram Cinere, Prof. Dr.dr. Budhi Setianto, Sp.JP, Subsp.PRKv(K) menjelaskan lebih jauh bagaimana berbagai spesialis bekerja sama dalam CR dan menguraikan beberapa konsep penting yang mendukung rehabilitasi.

Pengertian Rehabilitasi Kardiovaskular

Serangan Jantung, Aktor Korea Selatan Park Min-jae Meninggal di Usia 32 Tahun

Prof. Dr.dr. Budhi Setianto, Sp.JP, Subsp.PRKv(K)

Photo :
  • RS Siloam

Dede Yusuf Sebut Ibunda Sosok Tangguh, Alami Serangan Jantung hingga Sempat Idap Kanker
Prof. Dr.dr. Budhi Setianto, Sp.JP, Subsp.PRKv(K)

Rehabilitasi kardiovaskular atau cardiac rehabilitation (CR) adalah program perawatan yang dirancang untuk membantu pasien yang baru saja menjalani prosedur bedah/intervensi jantung atau pascarawat gagal jantung. Program ini biasanya mencakup pemantauan medis, latihan fisik, nutrisi sehat, dukungan mental, dan pendidikan kesehatan. Tujuan dari CR adalah untuk memperbaiki kesehatan jantung, meningkatkan stamina, dan membantu pasien kembali ke aktivitas sehari-hari mereka dengan aman dan berkelanjutan.

Tujuan Rehabilitasi Kardiovaskular
Berikut merupakan beberapa tujuan dari CR yang dapat diketahui:
1.    Meningkatkan Fungsi Jantung: Program CR bertujuan untuk memperbaiki fungsi jantung melalui latihan fisik yang aman dan efektif. Latihan ini membantu jantung untuk menjadi lebih kuat dan efisien dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
2.    Mengurangi Faktor Risiko Penyakit Jantung: Dengan mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk diet yang seimbang dan aktivitas fisik rutin, CR membantu mengurangi faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol yang tinggi serta upaya berhenti merokok.
3.    Meningkatkan Kualitas Hidup: Program CR tidak hanya fokus pada perbaikan fisik, tetapi juga menyangkut kesehatan mental, emosional pasien. Memberikan dukungan mental, spiritual dengan manajemen stres guna membantu pasien merasa lebih nyaman, bahagia dan merasa lebih sehat secara keseluruhan.
4.    Mencegah Terjadinya Masalah Kesehatan di Masa Depan: Dengan komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan jantung serta menawarkan gaya hidup sehat, CR membantu mencegah komplikasi penyakit lain dan munculnya masalah kesehatan di masa depan.

Komponen Utama dalam Rehabilitasi Kardiovaskular
CR memiliki beberapa komponen utama dalam pelaksanaannya, yaitu:
1.    Pemantauan Medis: Evaluasi rutin untuk memantau kemajuan pasien, menilai respons terhadap program rehabilitasi, dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan efektivitas perawatan.
2.    Pengelolaan Faktor Risiko: Identifikasi dan pengelolaan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok. Program ini juga melibatkan pengawasan terhadap pengobatan, pencegahan dan modifikasi perilaku yang diperlukan untuk mengelola masalah jantung.
3.    Latihan Fisik: Program latihan yang dirancang khusus untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan respirasi. Memperhatikan masalah pernafasan serta kekuatan otot, tulang dan sendi termasuk keseimbangan gerak, integrasi dan fleksibilitasnya serta akomodasinya terhadap musik pengiring olahraga. Latihan ini biasanya dilakukan secara bertahap, berkelanjutan dan disesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan individu pasien. Jenis latihan dapat mencakup jalan kaki, bersepeda, berenang, dan latihan penguatan otot, tulang dan sendi.
4.    Pendidikan Kesehatan: Pasien mendapatkan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai bagaimana cara menjaga kesehatan jantung, termasuk pemahaman tentang diet sehat jantung, manajemen stres, menanggulangi faktor risiko, mencegah komplikasi lain seperti stroke serta cara menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
5.    Dukungan Mental: CR sering kali mencakup dukungan psikologis untuk membantu pasien mengatasi kecemasan, stres atau depresi yang mungkin timbul setelah mengetahui diagnosis penyakitnya atau prosedur intervensi jantung yang akan dilaluinya.

Peran Tim Medis dalam Rehabilitasi Kardiovaskular
1.    Kardiolog Subspesialis Preventif Rehab Kardiovaskular [Sp.JP Subsp.PRKv(K)]
-    Manajemen Komplikasi Kardiovaskular: Kardiolog memantau dan mengelola komplikasi jantung dan pembuluh darah yang mungkin timbul pascabedah. Ini termasuk masalah seperti prolaps katup mitral (MVP), regurgitasi katup mitral (MR), fibrilasi atrium (AF), anemia, aritmia lainnya dan upaya menanggulangi gagal jantung (CHF). 
-    Menanggulangi Faktor Risiko dan Perilaku Tidak Sehat: Penanggulangan terhadap 4 faktor risiko utama dilanjutkan. Sekiranya didapatkan faktor risiko keluarga, diberikan KIE tentang kemungkinan terjadinya penyakit kardiovaskular (PJK dan aritmia) dikemudian hari pada generasi dibawahnya dan upaya penggulangannya. 

Empat perilaku (behaviour) rawan sakit jantung dan dampaknya pada pasien diawasi seperti sering makan, malas berolahraga, stres dan kebiasaan merokok diperhatikan dan dipertimbangkan rujukan ke nutrisionis, psikolog, atau psikiater. 

Memanfaatkan kuesioner amat sederhana WHO-5 Wellbeing Index (hanya 5 pertanyaan) bila didapatkan skor bakunya <13 atau bila salah satu dari 5 pertanyaan itu skor bakunya bernilai 0 atau 1 maka kebugaran subjektifnya dianggap buruk, termasuk kemungkinan depresi, akan dirujuk ke psikolog/psikiater.

-    Penanganan Obat dan Pemantauan: Kardiolog juga bertanggung jawab untuk meresepkan dan mengatur pengobatan jantung, termasuk obat penghambat beta dan antiaritmia untuk mengontrol detak jantung dan mencegah aritmia. Memantau obat antikoagulan bila diperlukan untuk mencegah strok, suatu komplikasi serangan otak.
-    Resep Olahraga:  Setelah mempelajari kekuatan dan keseimbangan otot, tulang, sendi serta hasil pemeriksaan tes jalan 6 menit (6MWT), tes treadmill (TMT), atau tes eksersais kardiopulmoner (CPX), kardiolog preventif rehab memberikan resep olahraga, sesuai kemampuannya untuk dilakukan secara teratur, meningkat, bertahap, dan berkelanjutan.

2.    Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medis (Sp.KFR)
-    Persiapan Muskuloskeletal, Sendi dan Respirasi: Sp.KFR bertanggung jawab untuk memastikan bahwa otot, tulang, dan sendi pasien siap dan kuat untuk beraktivitas pra dan pascaprosedur tindakan medis. Ini termasuk pelatihan pernafasan pra dan pascabedah jantung.
-    Koordinasi Gerak dan Keseimbangan: Spesialis ini juga membantu pasien dalam mengembalikan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh. Hal ini sangat penting karena keseimbangan yang baik membantu mencegah jatuh dan cedera, terutama setelah operasi besar.
-    Integrasi dengan Aktivitas Fisik: Sp.KFR merancang program latihan yang tidak hanya aman tetapi juga efektif. Misalnya, latihan gerak badan yang dilakukan dengan iringan musik akan dapat membantu pasien meningkatkan daya tahan kardiovaskular, respirasi sekaligus membuat latihan lebih menyenangkan.

3.    Dokter Gizi Klinis
Konsultasi Nutrisi: Dokter Gizi Klinis membantu pasien merancang pola makan yang sehat dan seimbang untuk mendukung proses pemulihan. Melakukan intervensi nutrisi bila diperlukan. Menawarkan diet yang baik untuk memperbaiki kesehatan jantung, membantu dalam pemulihan pascabedah, dan mengurangi risiko komplikasi.

4.    Psikolog dan atau Psikiater
-    Evaluasi Kesehatan Mental: Pasien yang baru saja menjalani prosedur jantung mungkin mengalami stres atau depresi. Psikolog atau psikiater sesuai kompetensinya akan mengidentifikasi kesehatan mental-emosional pasien. Mengevaluasi gangguan psikis sekaligus menanggulangi masalah kesehatan mental serta perilakunya.
-    Dukungan Psikologis: Spesialis ini juga memberikan dukungan untuk membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi kecemasan, stres dan depresi serta meningkatkan kualitas hidup pasien jantung secara keseluruhan.

5.    Fisioterapis dan Perawat CR
-    Koordinasi Terapi Fisik: Fisioterapis membantu dalam merancang dan melaksanakan program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien. Mereka juga membantu dalam mengatasi masalah muskuloskeletal dan memastikan bahwa pasien dapat berlatih dengan aman. 
-    Pemantauan dan Dukungan Harian: Perawat CR memberikan dukungan sehari-hari selama sesi rehabilitasi, memastikan bahwa pasien mengikuti rencana perawatan dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Pendekatan Terpadu dalam CR
Pendekatan yang terpadu dalam CR berarti bahwa semua anggota tim medis dan paramedis bekerja sama untuk memberikan perawatan yang menyeluruh. Ini memastikan bahwa setiap aspek kesehatan pasien (fisik, mental, spiritual dan sosiokultural) ditangani secara efektif. Misalnya, jika seorang pasien mengalami masalah dengan detak jantung, kardiolog akan menangani masalah tersebut, sementara psikolog akan memberikan dukungan emosional dan dokter gizi klinis akan menyesuaikan diet untuk mendukung kesehatan jantung seraya memperhatikan aspek spirituo-sosio-kulturalnya.

Pemantauan dan Evaluasi Pasien
Selama rehabilitasi di rumah sakit dengan pengawasan dokter dan paramedis, pasien akan menjalani berbagai tes dan evaluasi untuk memantau kemajuan mereka. 

Beberapa tes yang umum dilakukan termasuk:
1.    6MWT (6-Minute Walk Test): Mengukur seberapa jauh pasien dapat berjalan dalam waktu enam menit. Tes ini membantu menilai stamina dan kemampuan fisik pasien.
2.    TMT (Treadmill Test): Mengukur bagaimana jantung pasien bereaksi terhadap aktivitas fisik di atas treadmill.
3.    CPX (Cardiopulmonary Exercise Test): Menilai fungsi jantung dan paru-paru selama latihan intensif untuk memahami kapasitas kardiorespirasi pasien.

Pasien juga dapat melanjutkan rehabilitasi di rumah dengan melakukan latihan Soleus Push-Up (SPU) yaitu suatu program latihan kaki ringan yang menguntungkan dalam CR. Sambil duduk, tangan dapat melakukan kegiatan apa saja.  Waktu olahraganya dalam hitungan beberapa jam (bukan menit), tanpa merasa lelah.

Soleus push-up adalah latihan yang sederhana, mengangkat tumit kaki keatas kemudian melepaskannya berulang kali, sambil duduk. Latihan ini fokus pada otot soleus, yang terletak di tungkai bawah, di depan betis, keduanya hanya 1/100 Berat Badan. Otot ini berperan menurunkan kadar gula dan lemak darah dalam dinamikanya memompa darah kembali ke jantung. Penelitian ini dipublikasikan tahun 2022 di iScience oleh penemunya Prof. Marc Hamilton dari Universitas Houston. 

Kombinasi latihan-latihan ini yang dipandu oleh para dokter rehabilitasi niscaya membantu meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi risiko pembekuan darah, serta memperkuat otot-otot dan sendi kaki. Upaya ini penting dalam pemulihan pascabedah jantung. 

Rehabilitasi kardiovaskular adalah proses yang kompleks namun sangat penting untuk pemulihan pasien setelah prosedur jantung. Dengan melibatkan berbagai spesialis, mulai dari spesialis kedokteran fisik dan rehabiltasi medis, kardiolog, psikolog/psikiater hingga nutrisionis. Tim medis ini dapat memberikan perawatan yang ekliktik, holistik dan terkoordinasi. Setiap anggota tim memiliki peran unik, spesifik namun saling melengkapi, memastikan bahwa semua aspek kesehatan pasien - baik fisik, mental, spiritual  maupun sosiokultural - mendapat perhatian yang layak.

Dengan pendekatan terpadu ini, pasien tidak hanya mendapatkan dukungan medis yang komprehensif tetapi juga dibekali dengan alat dan pengetahuan untuk menjaga kesehatan mereka di masa depan. Jadi, penting bagi pasien dan keluarga untuk memahami dan mengikuti rencana CR yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil yang optimal dan kembali ke kehidupan sehari-hari dengan lebih baik. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya