Bahaya Melakukan Kekerasan pada Anak

Ilustrasi anak
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id – Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan kasus meninggalnya Kasih Ramadani, 7 tahun yang tewas setelah dianiaya oleh ayah kandungnya sendiri. Sang ayah mendadak marah, karena korban terus berebut pakaian dengan kakaknya.

Akibat lepas kendali, ayah Kasih memukulnya di bagian kepala. Karena terlalu keras memukul, bocah malang ini harus kehilangan nyawa. Publik mengecam sikap pelaku, yang bisa-bisanya melakukan hal itu, meski dengan alasan tidak sengaja (memukul terlalu keras). Psikolog klinis dan konsultan kesehatan, RA. Oriza Sativa, S. Psi, Psi, CH, CCR juga menyayangkan hal ini.

"Hal ini sangat memilukan bagi kami, psikolog. Saya pun, secara pribadi, sangat amat mengutuk kekejian terhadap anak-anak yang justru dilakukan orangtuanya sendiri," ujarnya.

Bocah Telantar di Trotoar, Diduga Korban Perkosaan

Jangankan kekerasan fisik, konsultan kesehatan mental ini juga mengecam segala bentuk kekerasan pada anak. Baik verbal, psikis, seksual, hingga kekerasan fisik berujung maut.

Menurut Oriza, di zaman yang sudah sangat modern, seharusnya setiap orang memiliki akses mudah untuk mengekspresikan diri dan emosi. "Undang-undang mengenai perlindungan anak sudah ditegakkan pemerintah, jadi sungguh ironis jika kejadian ini masih terjadi," tambahnya.

Kendalikan amarah


Menurut Oriza, satu anak yang mengalami kekerasan, bisa merusak satu generasi muda yang memiliki potensi berlimpah."Wajar bila seseorang emosi, karena setiap manusia memiliki masalah. Tapi tidak harus dilampiaskan dengan kekerasan, apalagi pada anak-anak yang tidak berdaya membalas. Sebelum marah, pikir dulu alasan dan tujuan dari amarah ini," ujar wanita yang praktik di RS Awal Bros, Kalimalang, Bekasi itu.

Oriza menyarankan bagi para orangtua untuk pandai-pandai mengelola emosi dalam diri, saat ingin memberi pelajaran pada anak. Pelajaran di sini, tentu bukan bermakna fisik, namun pelajaran dalam bersikap dengan cara halus pastinya.

"Menjadi orangtua memang rumit, karena harus memikul beban yang berat dan banyak. Namun jika tidak pandai mengontrol emosi, bisa-bisa anak jadi korban," katanya.

Cara mengendalikan emosi, menurut Oriza, bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mencegah pemicu emosi, dan mengontrol emosi itu sendiri. Lebih jauh, ia mengatakan, sebaiknya hukum mengenai kekerasan pada anak semakin ditegakkan.

"Jika ada hukum cambuk pada pelaku, saya dukung lho. Para pelaku harus merasakan bagaimana rasanya mendapat perlakuan kasar dan keji macam itu," ungkapnya emosi dan kecewa.

Psikolog ini menyarankan kepada orangtua, agar mendidik anak tanpa harus melibatkan kontak fisik. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi sosok dewasa yang bertanggung jawab, serta berguna bagi generasinya kelak.

Cara Bentengi Anak dari Konten Negatif Media Sosial

Baca juga:

Anak Terlalu Kurus Bisa Dianggap Korban Kekerasan



Guru Pencubit Anak Tentara Divonis 6 Bulan Percobaan

Guru Pencubit Anak Tentara Divonis 6 Bulan Percobaan

Dia tetap diwajibkan membayar denda Rp250 ribu.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016