Selain Stres, Maag Juga Disebabkan Kuman Ini

asam lambung
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Selama ini banyak orang mengira bahwa sakit maag terjadi hanya karena stres, makan pedas, makan tidak teratur, makan-makanan asam. Padahal ternyata, ada ulah bakteri di balik sakit maag seseorang.

Tips Redakan Asam Lambung untuk Lansia
Kuman yang ditemukan oleh Prof Barry James Marshall ini bernama Helicobacter pylori atau H pylori. Penemuan kuman ini seolah menjadi jawaban, dalam diagnosis maupun terapi yang akan diberikan pada pasien dengan gangguan lambung.
 
Bahaya Maag Kronis yang Bisa Picu Tukak Lambung
Kuman ini sendiri dikatakan menjadi penyebab sakit lambung, mulai dari luka, tukak bahkan sampai kanker lambung. Namun, di Indonesia sendiri kasus seperti ini jarang ditemui, kalaupun ditemukan, ternyata tidak begitu berbahaya.
 
Pemerintah Diminta Sediakan Jaminan Bagi Pekerja Informal
Meski di Indonesia kasus seperti ini jarang ditemui, WHO menyatakan bahwa kuman ini menjadi penyebab karsinogen kelas A. Salah satu penyebab utama kanker lambung. 
 
Di Jepang misalnya, keberadaan kuman ini berisiko tinggi untuk menjadi kanker lambung, sehingga dilakukan screening secara massal, untuk mendeteksi kecurigaan adanya kanker lambung pada masyarakat Jepang.
 
Infeksi ini lebih banyak terjadi pada orang Asia, dibandingkan orang Barat, namun kasus ini cukup rendah terjadi di Indonesia. 
 
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr.Ari Fahrial Syam, Ketua 'Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia' selama tiga tahun dan masih terus berjalan, menyatakan bahwa 1 dari 5 orang yang diteliti memiliki kuman infeksi H pylori di dalam lambungnya.
 
Delapan puluh persen kejadian ini di Indonesia merupakan jenis Ulcus Duodenum. "Gejalanya sendiri tidak bisa dibedakan antara maag karena kuman atau karena stres. Kalau maag sudah diobati, namun tidak kunjung sembuh selama satu bulan, bisa jadi maagnya karena kuman ini," jelas Dr.Ari Fahrial Syam, Ketua "Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia" Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia, yang ditemui di RSCM usai acara Guest Lecture, 15 Maret 2016.
 
Untuk mengetahui adanya kuman ini, perlu dilakukan endoskopi, yang kemudian dilanjutkan dengan Biopsi lambung, atau dari pemeriksaan langsung dengan uerase test.
 
Untuk pengobatannya sendiri adalah dengan dua antibiotik dan satu obat penekan asam lambung. "Karena kalau tidak dengan dua jenis obat, kuman tidak akan mati," jelasnya. Untuk pengobatan sendiri dilakukan selama 20 hingga 14 hari.
 
Kuman ini ke depannya bisa diteliti lebih lanjut, dengan akan didirikannya Lembaga penelitian The Marshall Center, yang memang sengaja menggunakan nama Marshall sebagai peraih Nobel Prize Laureate 2005 atas jasanya menemukan kuman ini, dan merupakan kerja sama antara University of Western Australia dengan Universitas Indonesia, yang akan khusus memfokuskan pada kuman ini dan penyebab infeksi lainnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya