Bahaya di Balik Konsumsi Gula dan Garam Berlebihan

Ilustrasi gula
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Data dari Riskesdas tahun 1990 hingga 2010, tingginya jumlah penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular yakni sebesar 58 persen. Yang termasuk dalam penyakit tidak menular ini di antaranya seperti, diabetes melitus, obesitas, hipertensi yang berujung pada stroke, penyakit jantung dan kanker.

Awas, Kurang Minum Tingkatkan Risiko Obesitas

Penyakit tersebut terjadi karena gaya hidup masyarakat yang lebih suka mengonsumsi makanan dengan kaya rasa dan cenderung berlebihan. Konsumsi gula berlebih akan menyebabkan diabetes melitus, obesitas, meningkatkan kadar trigliserida, kolesterol jahat atau LDL, dan menurunkan kolesterol baik.

Konsumsi garam berlebih akan meningkatkan risiko hipertensi yang berujung pada stroke. Sedangkan mengonsumsi lemak berlebih akan memicu terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah serta kanker.

Risiko Kebocoran Usai Operasi Potong Lambung

Dari data Riskesdas tahun 2014, diketahui bahwa 6,4persen masyarakat menyukai susu dan olahannya jenis susu kental manis, 66,6 persen gula, dan 8,7 persen minum minuman kemasan cair. Konsumsi padi-padian, minyak dan lemak masyarakat Indonesia telah melampaui batas, sedangkan jumlah konsumsi umbi-umbian, kacang, pangan hewani, sayur dan buah masih rendah.

Padahal, pemerintah sendiri telah memberikan anjuran dalam mengonsumsi gula, garam, lemak, agar tidak memicu timbulnya penyakit-penyakit tidak menular tadi, sekaligus menekan jumlah penderita penyakit tidak menular di Indonesia.

Prosedur yang Harus Dilakukan Saat Potong Lambung

"Konsumsi gula sehari adalah 50 gram atau setara 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara 1 sendok teh, dan minyak 67gram atau setara 5 sendok makan," ujar Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, Doddy Izwardi, yang ditemui dalam acara Keanekaragaman Hayati dan Ketahanan Pangan, di Menteng, Jakarta Pusat, 17 Maret 2016.

Obesitas pada anak

Obesitas pada Anak Jangan Dianggap Lucu

Gemuk berlebihan berisiko buruk bagi kesehatan anak.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016