Sering Terjebak Macet Tingkatkan Risiko Kanker

Ilustrasi/Kemacetan lalu lintas
Sumber :
  • VIVA.co.id/M. Ali. Wafa

VIVA.co.id – Anda yang tinggal di kota besar, seperti Jakarta, pasti sudah sangat akrab dengan kemacetan. Meski macet sudah menjadi hal yang biasa, tetapi sekarang Anda harus mewaspadai kondisi sosial ini.

Terpopuler: 6 Cara Buat Suami Bertahan di Atas Ranjang hingga 7 Manfaat Tempe bagi Kesehatan Tubuh

Menurut sejumlah ilmuwan, macet bisa membuat Nada terpapar gas beracun yang dapat meningkatkan berbagai risiko kesehatan, termasuk kanker.

Menurut data WHO, paparan polusi udara di luar ruangan, merupakan 10 besar risiko kesehatan yang dihadapi manusia, terutama mereka yang tinggal di kota besar. Pada Oktober 2013, WHO mengategorikan polusi udara luar ruangan sebagai bahan karsinogenik, atau penyebab kanker pada manusia.

8 Manfaat Manfaat Buah Nanas untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Turunkan Berat Badan!

Temuan ini menunjukkan bahwa kendaraan yang berhenti di lampu merah akan melalui siklus berkendara yang berbeda seperti berhenti, akselerasi, dan emisi gas beracun. Emisi yang inilah yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyebar, terutama di area dengan banyak gedung dan membuat gas itu terakumulasi di udara.

Karena itu, para peneliti mengatakan, orang-orang yang berada di dalam mobil, dengan jendela tertutup rapat dan AC menyala, dapat memiliki risiko tinggi terpapar polutan dari luar.

Ngeri! Dampak Buruk Begadang bagi Kesehatan, Berisiko Kematian

Dilansir laman Boldsky, AC kendaraan yang terus menyala akan menyedot udara kotor dari luar ke dalam kendaraan, sehingga mengakibatkan polutan terakumulasi di dalam kendaraan.

Namun, hasil penelitian menyebutkan, akan relatif lebih aman bila menaruh AC ke dalam penyetelan di mana kipas tersebut dapat mensirkulasi kembali udara di dalam mobil tanpa menarik polusi udara dari luar.

"Bila memungkinkan dan dengan kondisi cuaca yang mendukung, ini merupakan salah satu cara untuk membatasi paparan yang Anda terima dengan menutup jendela. Matikan mesin dan jaga jarak dengan mobil di depan saat terjebak macet, atau berhenti di lampu merah," kata Prashant Kumar, peneliti dari University of Surrey.

Kumar menambahkan, jika pendingin atau pemanas harus dinyalakan, penyetelan yang baik adalah udara dapat tersirkulasi dengan baik di dalam mobil tanpa menyedot udara yang terpolusi dari luar.

Dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengendara mobil yang terjebak dalam kemacetan, terpapar hingga 29 kali lebih banyak partikel polusi dibanding mereka yang berkendara di jalan lancar.

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science: Processes and Impacts ini, menemukan bahwa pejalan kami juga bisa terpapar polusi udara di sekitar lampu lalu lintas. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya