Korban Bencana Berpotensi Alami Gangguan Jiwa

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Indonesia berada di wilayah yang rentan bencana alam. Bencana tidak hanya mengakibatkan kehilangan nyawa tapi juga meninggalkan trauma psikis yang dapat berujung pada gangguan jiwa bila tidak ditangani.

Gak Boleh Dipendam, Rasa Marah Bisa Memicu Gaya Hidup Tidak Sehat

Kepala Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Psikiatri Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ(K) mengatakan bahwa gangguan jiwa yang paling sering terjadi pasca bencana adalah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Namun, derajatnya bisa berbeda pada peristiwa yang sama.

"Sebelum individu mengalami PTSD, terjadi fase akut yang berlangsung mulai dari tiga hingga satu bulan pascatrauma. Bila tidak ditangani dengan baik, gangguan stres akut dapat berlanjut menjadi PTSD," ujar Nurmiati kepada media saat konferensi pers Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di kantor PDSKJI, Jakarta, Senin, 10 Oktober.

Idap Gangguan Identitas Integritas Tubuh, Pria Ini Minta Dokter Potong 2 Jarinya yang Sehat

Wanita depresi.

Seseorang yang terpapar bencana psikosial, lanjut Nurmiati, dapat mengalami beberapa gejala. Salah satunya adalah intrusi yakni ingatan buruk akan bencana setiap saat bisa masuk kembali tanpa bisa ditolak.

Terkuak, Identitas Pria yang Nekat Terobos Istana Negara pada Malam Takbiran

"Atau dia terus menerus menghindar dari pembicaraan itu. Dia takut mengunjungi tempat bencana, tidak mengingat aspek penting, menyalahkan diri sendiri, terpisah dari lingkungan, serta tidak bisa merasakan emosi positif seperti gembira atau bahagia," kata Nurmiati.

Selain itu, dia juga akan mudah tersulut amarahnya, sensitif terhadap suara keras atau mudah kaget, konsentrasi buruk, tidak bisa tidur karena selalu mimpi buruk.

Terjadinya PTSD pada individu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Di antaranya adalah trauma masa anak-anak di mana dia mungkin pernah mengalami kekerasan di keluarga, memiliki gangguan jiwa sebelumnya, faktor keturunan gangguan jiwa, adanya stres masa sekarang, serta luka fisik yang bisa membuatnya mengingat lagi peristiwa itu.

"Selain itu juga kurangnya dukungan memengaruhi kondisi ini. Jadi masyarakat perlu edukasi agar ada dukungan dari keluarga, teman, atau masyarakat. Kalau dia mendapat banyak dukungan, dia bisa terbebas dari PTSD," imbuh Nurmiati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya