- Pixabay/Pexels
VIVA.co.id – Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang terlahir dari ibu yang memiliki alergi berisiko menderita autisme. Begitu pula dengan tingginya angka Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Sebuah studi yang dilakukan pada tikus, menunjukkan bahwa paparan alergi dalam rahim memicu perubahan jangka panjang pada otak bayi.
Para ilmuwan berpikir hal yang sama juga mungkin terjadi pada anak manusia yang lahir dari ibu dengan gejala alergi saat hamil.
Alergi tersebut bisa saja ringan seperti alergi serbuk bunga, atau yang memang mengancam jiwa seperti alergi kacang.
Dilansir laman The Sun, para peneliti di Ohio State University membuat peka tikus betina dengan memberinya telur kemudian memberinya makan sedikit selama hamil. Hal ini memicu sel sistem imun untuk mencoba dan mengusir alergen dengan cepat.
Tes berikutnya menunjukkan bahwa tikus yang baru lahir mengalami perubahan signifikan pada struktur otak mereka. Tikus yang selamat hingga dewasa menunjukkan adanya tanda autisme, hiperaktif, dan perilaku antisosial.
"Ini membuktikan bahwa paparan alergen saat kehamilan mengubah perkembangan dan fungsi otak. Anak laki-laki yang lahir dari ibu terpapar alergen terlihat lebih banyak dari perempuan. Mereka sangat hiperaktif tapi tidak terikat secara sosial. Hal itu terlihat sedikit seperti ADHD," kata peneliti Profesor Kathryn Lenz.
Sebagai informasi, autisme dan ADHD 3-4 kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.
