Salah Kaprah Pemberian Gadget untuk Anak

Menonton YouTube sambil bermain gawai (gadget).
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Anak-anak yang lahir di era digital seperti sekarang memang sudah sangat akrab dengan gadget. Bahkan sejak lahir pun sudah diajak selfie oleh orangtuanya. Tanpa kita perlu ajarkan, anak-anak era digital ini sudah bisa bermain gadget dengan sendirinya.

Selamat! Mpok Alpa Umumkan Hamil di Usia 37 Tahun

Menurut hasil survei Asian Parent pada sekitar 2.500 orangtua di negara ASEAN menemukan, 99 persen anak bermain gadget di rumah, 71 persen main saat bepergian, 70 persen main di rumah makan, 40 persen main di rumah teman, dan 17 persen main di sekolah.

Ini menunjukkan bahwa dunia digital memang sudah sangat familiar buat anak-anak. Dari data survei yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 2013, sebagian besar orangtua membeli gadget untuk anak dengan tujuan agar anak lebih pintar.

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

Hal ini dikarenakan smartphone diasosiasikan membuat kita pintar. Padahal ini adalah asosiasi yang salah. Bahkan gadget kini sudah menjadi pilihan permainan untuk anak oleh orangtua. Dari data sebuah asosiasi, gadget dijadikan pilihan permainan nomor satu oleh para orangtua.

"Pilihan permainan seperti lego atau mainan serupa seperti balok puzzle yang membuat anak pintar, atau boneka handuk yang lembut yang sebenarnya baik untuk menenangkan diri, menghilangkan kecemasan, malah tidak menjadi favorit dan menjadi pilihan terakhir," ujar psikolog anak Astrid WEN saat acara diskusi media di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis 24 November.

Kemenkominfo Mengadakan Talkshow Chip In “Waspada Rekam Jejak Digital di Internet”

Astrid juga menyayangkan mainan boneka yang bermanfaat untuk membantu mengendalikan emosi anak justru sudah jarang ditemukan. Sekarang gadget yang dijadikan pilihan pertama karena kesan pintar.

Mewabahnya demam gadget pada anak-anak pun sudah menjadi masalah global. Meski di Indonesia belum dikenal internet addiction, tapi di beberapa negara kasusnya sudah cukup memprihatinkan. Bahkan di Inggris, biaya terapi psikolgis untuk anak yang kecanduan gadget sudah mencapai 28 ribu Poundsterling.

"Jadi memang lebih baik mencegahnya karena kalau sudah masuk tahap treatment akan lebih mahal," kata Astrid.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya