Vaksin untuk HIV Dites di Afrika Selatan

Ilustrasi HIV AIDS .
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa vaksin baru untuk mencegah HIV akan diuji coba di Afrika Selatan. Uji coba ini diharapkan bisa mengakhiri penyakit HIV jika berhasil.

UNICEF: Satu Anak Terinfeksi HIV Setiap 2 Menit pada 2020

Penelitian yang disebut dengan HVTN 702, bertujuan untuk mendata 5.400 pria dan wanita yang aktif secara seksual berusia 18-35 tahun di 15 wilayah di Afrika Selatan.

Ini akan menjadi uji coba klinis vaksin HIV terbesar dan paling maju yang pernah dilakukan di Afrika Selatan, di mana lebih dari 1.000 orang dalam sehari terinfeksi HIV.

Alasan Varian COVID Omicron Banyak Diidap Pasien HIV-AIDS

"Jika dikerahkan bersamaan dengan persenjataan terbaru yang telah terbukti dapat mencegah HIV, vaksin yang aman dan efektif akan menjadi tindakan mengakhiri infeksi HIV,” kata Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) milik pemerintah Amerika Serikat seperti dikutip dari laman Time.

Fauci menambahkan, bahkan vaksin ringan yang efektif dapat mengurangi beban HIV secara signifikan di negara-negara dan populasi yang tinggi angka infeksi HIV seperti Afrika Selatan.

Benarkah Vaksin HIV/AIDS yang Efektif Melindungi Tidak Akan Ada?

Vaksin yang diuji dalam HVTN 702 merupakan vaksin yang didasarkan pada uji coba di Thailand pada tahun 2009. Vaksin ini diketahui 31,2 persen efektif dalam mencegah infeksi HIV selama tindak lanjut 3,5 tahun setelah vaksinasi.

Vaksin baru ini bertujuan untuk memberikan perlindungan besar dan berkelanjutan dan telah diadaptasi dengan subtipe HIV yang bersifat dominan di Afrika Selatan.

"HIV telah mengakibatkan jumlah kematian yang sangat besar di Afrika Selatan, tapi sekarang kami mulai melakukan eksplorasi ilmiah yang dapat memberikan harapan besar bagi negara kami," kata Glenda Gray, CEO South African Medical Research Council.

Menurutnya, jika vaksin HIV ternyata berhasil di Afrika Selatan, hal ini bisa mengubah secara dramatis perjalanan pandemik penyakit ini.

Para relawan untuk penelitian yang didanai oleh  NIAID ini secara acak ditugaskan untuk menerima apakah itu vaksin atau plasebo. Semua partisipan akan menerima lima injeksi selama satu tahun.

Partisipan yang telah terinfeksi HIV di dalam lingkungannya akan dirujuk ke fasilitas kesehatan lokal untuk perawatan dan akan mendapatkan edukasi bagaimana mengurangi risiko penularan virusnya.

Afrika Selatan memiliki lebih dari 6,8 juta orang mengidap HIV, namun negara tersebut sukses dalam menjalankan program perawatan dan obat HIV, yang disebut pemerintahnya sebagai program terbesar di dunia.

Harapan hidup, yang menurun seiring dengan berkembangnya epidemik, kini berhasil dinaikkan dari 57,1 tahun pada 2009 menjadi 62,9 tahun pada 2014. Hasil dari penelitian vaksin ini diharapkan dapat dicapai pada akhir tahun 2020.

 

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya