Kerja di Gedung yang Tinggi, Waspada Sick Building Syndrome

Bekerja di gedung tinggi
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Biasa bekerja di kota besar seperti Jakarta yang penuh dengan gedung pencakar langit, tentu menjadi hal membanggakan. Tapi bukan berarti, semua berjalan tanpa masalah. Mereka yang bekerja di gedung pencakar langit ternyata bisa terkena Sick Building Syndrome (SBS).

Berhasil Gagalkan Penyelundupan Sabu, 2 Prajurit Pulanggeni Kopasgat TNI AU Dapat Penghargaan

SBS adalah gangguan-gangguan tidak spesifik namun khas, yang diderita individu selama berada di dalam gedung tertentu. Meski dianggap kontroversial, SBS dipercaya oleh beberapa orang sebagai penyakit yang disebabkan oleh hal yang tidak diketahui di dalam gedung.

"Karena berada di satu ruangan yang tertutup, gedung yang tinggi, seringkali mereka yang memiliki sindrom ini, punya gejala awal sesak dan sakit kepala, terkadang mau teriak. Makanya, biasanya lebih banyak gedung yang ada jendelanya, itu sebenarnya bisa menolong, kemudian juga wangi-wangian," kata Dr Endang Mariani Rahayu, M.Si, Pengamat Psikologi Sosial dan Budaya, juga peneliti Fakultas Psikologi Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.

Cegah Kecurangan dalam Seleksi ASN, Menpan-RB Siapkan Teknologi Face Recognition

Seseorang dinyatakan menderita SBS jika memiliki sekumpulan gejala seperti lesu, hidung tersumbat, kerongkongan kering, mata gatal dan pedih, mata kering, pilek, sakit kepala, mata tegang, pegal, sakit leher atau punggung dalam waktu bersamaan.

Ciri-ciri yang bisa dikenali dari SBS ini antara lain seperti merasa malas ke kantor, merasa tidak nyaman di lingkungannya.

Ucapan Ini yang Buat Galih Loss Ditangkap Polisi?

"Mau masuk ke kantor sudah malas, mau masuk gedung sudah enggak enak. Itu pertama. Kemudian merasa enggak nyaman berada di lingkungannya, sering sakit kepala yang enggak ada sebabnya."

Tapi, untuk mengetahui seseorang terkena SBS atau tidak, harus dilihat apakah gejala yang sama muncul pada penghuni gedung yang sama dengan jumlah cukup besar, dan keluhan yang muncul juga berlangsung cukup lama, sekitar dua minggu.

Dan dilansir dari Medicinet, wanita lebih berisiko terkena sindrom ini, selain itu juga mereka yang menghabiskan banyak waktu di dalam gedung, sensitif terhadap aroma, memiliki satu atau lebih masalah kesehatan seperti asma.  (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya