Selamatkan Nyawa Ibu dan Anak dengan Revolusi KIA

Ibu dan bayi di Nusa Tenggara Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rintan Puspitasari

VIVA.co.id – Meski terus mengalami penurunan, angka kematian ibu dan bayi di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) terbilang masih cukup tinggi, yaitu 182 kematian ibu di tahun 2016. Jumlah ini sedikit naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yang angkanya sebesar 176 kematian. Sedangkan angka kematian bayi mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu 1.088 kematian di tahun 2016.

Miris, Dioperasi Caesar saat Sekarat, Ibu-Bayi Meninggal di RSUD Ruteng

Angka kematian ibu tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan target Millennium Development Goals (MDGs) yang memiliki delapan target, salah satunya adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak, dengan target 102 dari 100.000 kelahiran

Sejalan dengan hal tersebut, Angka kematian ibu dan bayi menjadi salah satu fokus dari pemerintah NTT yang kemudian tercetuslah revolusi Kesehatan Ibu Anak (KIA) pada tahun 2008. Inti dari Revolusi KIA di Provinsi NTT ini adalah membawa setiap ibu hamil untuk bersalin di fasilitas kesehatan yang memadai.

Viral Ibu dan Bayi Meninggal Usai Persalinan, Keluarga Duga Ada Malpraktik di RSUD Indramayu

"Sedari dulu ibu melahirkan, ada cara mudah menolong mereka. Antarkan mereka supaya memeriksakan kesehatan teratur, dan mendapat fasilitas memadai saat melahirkan," ujar Bupati Malaka yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan NTT, Dr.Stefanus Bria Seran, MPH saat ditemui baru-baru ini di Malaka, NTT.

Yang dimaksud memadai adalah baik itu dari ukuran alat, gedung, pembiayaan dan anggaran, serta sistem pelayanan yang terintegrasi.

Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia Tinggi, Anemia Salah Satu Penyebab Terbesar

"Dan harus beroperasi 24 jam, karena orang melahirkan tidak melihat jam kantor," ucapnya menambahkan.

Di samping itu, dibutuhkan adanya tatalaksana kasus yang terstandarisasi dan tersedianya pembiayaan yang memadai.

"Yang mana capaian indikator dalam revolusi KIA ini adalah menurunnya peran dukun dalam menolong persalinan atau meningkatkan peran tenaga kesehatan yang terampil dalam menolong persalinan ibu," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dr Kornelius Kodi Mete.

Revolusi ini berjalan di setiap daerah di NTT dan setiap daerah memiliki cara sendiri untuk mencapai terwujudnya revolusi KIA. Seperti di wilayah Timor Tengah Selatan yang memiliki target sendiri dalam penyediaan tenaga persalinan.

"Setidaknya di setiap puskesmas punya dokter, lima bidan dan lima perawat. Dan untuk di daerah kami, dibutuhkan 243 bidan dan 243 perawat untuk menangani persalinan di puskesmas," ujar Hosianni, Kepala Dinas Kesehatan Timor Tengah Selatan, NTT.

Sementara di Malaka, Stefanus membuat kebijakan agar Puskesmas memiliki tiga kendaraan operasional, di mana salah satunya digunakan untuk menjemput ibu melahirkan.

"Bupati membuat kebijakan agar puskesmas punya tiga kendaraan operasional. Karena jika tidak kita datangi, masyarakat tidak mungkin datang. Ada satu mobil pusling (Puskesmas Keliling), satu mobil KIA untuk menjemput ibu melahirkan termasuk bayinya. Mereka dijemput, dirawat, sembuh diantar kembali," kata Kepala Dinas Kesehatan Malaka, drg.Paskalia Frida Fahik menambahkan.

Targetnya, tidak ada ibu melahirkan yang meninggal dunia dan tidak ada anak yang sudah dilahirkan meninggal.

“Trennya (angka kematian ibu dan bayi) bagus, angkanya turun." ucap Stefanus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya