Pembangunan PLTSa Sebabkan Alat Kelamin Remaja Pria Mengecil

Kondisi sampah di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dinilai menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan sampah. Namun ternyata pembangunan PLTSa dinilai juga memiliki dampak mengerikan terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar area pembangunan.

Tergesa-gesa, Revisi Aturan PLTS Atap Bisa Bobol Keuangan Negara

Lembaga Swadaya Masyarakat dari Komite Penghapusan Bensil Bertimbal atau KPBB menilai pembangunan listrik tenaga sampah (PLTSa) yang ada di wilayah DKI Jakarta dampaknya sangat buruk sekali bagi lingkungan. 

Berdasarkan kajian pada tahun 2000 di negara Belgia, KPBB menyebutkan,  kesehatan orang yang tinggal di sekitaran lokasi PLTSa sangat terdampak.

Keekonomian Investasi Rendah, Pengamat: PLTS Atap Cuma Pencitraan

"Ditemukan remaja laki-laki alat kelaminnya lebih kecil dari ukuran normal. Bagi yang perempuan jadi insting sexsnya kurang," kata Ahmad Safrudin, ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal di Jakarta Pusat, Senin, 18 Desember 2017. 

Dampak lain dari industri itu, jantung koroner, risiko catat fisik, cacat mental down syndrom, dan tremor hingga kematian.

Revisi Regulasi PLTS Atap, Menteri ESDM Harus Lindungi Pihak Ini

Untuk itu, Safrudin mengimbau, pemerintah agar tidak membangun pembangkit listrik tenaga sampah di Ibu Kota, karena sampah di Indonesia kalorinya rendah. 

"Janganlah, nanti ujungnya pakai batu bara, kalau pakai batu bara di dalam kota enggak lucu. Nanti polusinya repot lagi, biaya dampak lebih besar," ujarnya. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo pada 13 Februari 2016 telah menandatangani Peraturan Presiden (Prepres) Nomr 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga berbasis Sampah (PLTSa). 

Dalam Pepres itu ada tujuh kota yang akan dibangun PLTSa diantaranya di Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota Makassar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya